Oleh: Suparlan *)
Bahasa Indonesia harus go internasional. Itulah keyakinan, atau harapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhajir Effendy, setelah meresmikan Gedung Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa pada tanggal 1 Septeber 2016. Sebagaimana dilaporkan, Gedung Bahasa tersebut telah direnovasi sejak 1 Januari 2014 – 1 Januari 2015. Dan interiornya telah direnovasi pada tanggal 1 Januari 2015 – 1 Desember 2015. Sejak renovasi tersebut
Produk yang telah dihasilkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Mendikbud menyampaikan bahwa Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa telah menghasilkan banyak produk, antara lain: (1) KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) V, yang akan diluncurkan pada Oktober 2016, bertepatan dengan Bulan Bahasa, (2) tesaurus, (3) glosarium, (4) majalah, (5) jurnal dan (6) ensiklopedi sastra. Untuk membahas judul ini, dan untuk mendukung keyakinan atau harapan Mendiknas tersebut paling tidak harus mempelajari secara seksama tentang kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ke-7 terbesar yang digunakan sebagai bahasa yang digunakan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ke-7 tersebut mungkin mempunyai implikasi yang harus dipertimbangkan oleh Pemerintah, cq Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Lebih dari itu implikasi tersebut diperlukan untuk menjelaskan program dan kegiatan apa saja yang harus dipersiapkan.
MISPARI
Dalam tulisan sebelumnya, untuk kepentingan memperluas informasi melalui media massa, saya telah menulis artikel berjudul MISPARI, yakni satu akronim untuk mempermudah cara sederhana untuk menghafalkan, dan menyebutkan tujuh lungua franca yang digunakan dalam bahasa di dunia internasional seperti yang dipakai dalam proses persidangan di PBB. Bahasa-bahasa tersebut adakah: (1) MANDARIN, (2) INGGRIS, (3) SPANYOL, (4) PRANCIS, (5) ARAB, (6) RUSIA, DAN (7) INDONESIA (www.suparlan.com, Jakarta, 9 Juli 2015). Secara asumstif, penulis dapat menjelaskan bahwa ketujuh bahasa (lingua franca) tersebut terkait erat dengan jumlah penduduk negara-negara yang menggunakan bahasa tersebut, baik sebagai bahasa ibu maupun bahasa komunikasi iternasional (termasuk karena proses penjajahan), misalnya Bahasa Inggris yang telah digunakan oleh negara-negara bekas jajahan Inggris. Bagaimana pun juga posisi Indonesia sebagai lingua franca di dunia memang harus memperoleh perhatian oleh Pemerintah cq Kemendikbud, khususnya Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia.
Kamus dan Ensiclopedi Indonesia
Kamus merupakan dokumen otentik suatu bahasa yang menjadi rujukan bagi penutur bahasa ibu maupun Bahasa Indonesia bagi Penutur Bahasa Asing (BIPA). Saya ingin memberikan contoh tingkat kekinian KBBI yang digunakan dalam masyarakat Indonesia saat ini dibandingkan dengan Kamus yang disusun dalam Bahasa Negara lain. Kebetulan saya memiliki KUBI (Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS. Poerwadarminta, yang diolah kembali oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang terbit pada tahun 1987, dibandingkan dengan Kamus Dewan Edisi Ketiga yang terbit pada tahun 1997, ternyata dalam KUBI belum memasukkan kata KARISMA. Dalam KBBI Edisi IV di dalamnya telah masuk kosa kata baru dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi seperti daring dan luring dalam KBBI Edisi IV. Dalam Kamus Dewan tahun 1997, kata karisma1/ka·ris·ma/ n 1 keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kemampuan yang luar biasa dalam hal kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap dirinya; 2 atribut kepemimpinan yang didasarkan atas kualitas kepribadian individu, yang dalam Kamus Dewan dalam Bahasa Malaysia diterjemahkan sebagai kualiti (daya kepemimpinan, daya penarik) atau sifat-sifat seseorang tertentu seseorang individu yang menjadikannnya berupaya mempengaruhi atau menjadi perangsang kepada khalayak ramai. Dalam Kamus Dewan ini kata jadian berkarisma juga diberikan contoh sekalian, yani “berkharisma artinya mempunyai karisma, contohnya “John diagung-agungkan oleh rakayatnya dan mereka mengira Amerika mempunyai presiden yang paling — dalam sejarah. Kata tersebut telah masuk pada halaman 975 Kamus Dewan. Dengan contoh perbandingan tersebut, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V yang akan diluncurkan pada Oktober 2016 (bertepatan dengan Bulan Bahasa), tesaurus, glosarium, majalah, jurnal dan ensiklopedi sastra, Kemendikbud perlu membanding dan menyandingkan KBBI Edisi V tersebut dengan belajar dari bahasa serumpun, karena bahasa serumpun seperti Bahasa Malaysia memiliki asal bahasa yang sama, yakni Bahasa Melayu. Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Sebagai misal, Bahasa Malaysia memiliki kelebihan kosa kata “CERGAS” yang atinya kecekatan dalam bidang fisik. Indonesia memiliki kelebihan kosa kata “CERDAS” karena telah tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, yang telah digunakan dalam kosa kata MULTIPLE INTELLIGENCES yang dalam Bahasa Indonesia dipadankan dengan KECERDASAN MAJEMUK. Itu sebabnya berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mengangkat pamor bahasa Indonesia, dengan mengajak negara jiran untuk mendukung penggunaan Bahasa Indonesia debagai bahasa komunikasi bagi bangsa-bangsa Asia Tenggara.
Dalam kesempatan peluncuran KBBI Edisi V tersebut, Mendikbud meminta agar Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dapat memberikan perhatian dalam layanan yang telah diberikan oleh Badan Bahasa antara lain Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) serta Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Pendampingan dalam Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dan Dokumen Negara. Mendikbud sendiri menyatakan, pemerintah menargetkan bahasa Indonesia harus menjadi bahasa pengantar di dunia internasional. “Anak-anak kita jangan hanya terfokus pada penguasaan bahasa Inggris. Bahasa Indonesia harus go international. Nah, mengapa go internasional belum juga dicari padanannya dalam Bahasa Indonesia? Ataukah kita biarkan go internasional menjadi kosa kata Bahasa Indonesia? Mendikbud mengajak agar para siswa dan mahasiswa menjadi pengunjungi gedung Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,” tandas Mendikbud.
Referensi: http://www.jpnn.com, http://www.suparlan.com
Depok, 5 September 2016