JAKARTA- Kurikulum pendidikan di Indonesia dikritisi oleh para tokoh Muhammadiyah. Kritikan itu disampaikan secara terbuka oleh Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas dalam rakornas Forum keluarga alumni (Fokal) ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), di Jakarta, Jumat (26/8).
"Saya perhatikan kurikulum pendidikan di Indonesia materinya tidak menyiapkan anak didik menjadi seorang entrepreneur, tapi menjadi pencari kerja," kata Anwar.
Dia membandingkan dengan kurikulum negara tetangga yang menyiapkan lulusannya menjadi pengusaha. Materinya didominasi praktik ketimbang teori. Berbeda jauh dengan Indonesia yang lebih jago teori ketimbang praktik.
"Di tempat saya mengajar, materi tentang kewirausahaan hanya satu semester. Sementara universitas luar negeri, lima semester. Jangan heran, begitu lulus anak-anak kita kebingungan menjadi kerja. Sedangkan lulusan luar negeri, ogah bekerja di perusahaan. Mereka lebih memilih menciptakan lapangan kerja sendiri," bebernya.
Pria yang juga Sekjen MUI ini menambahkan, fakta di lapangan banyak dosen mengajar soal usaha tapi bukan pelaku usaha sehingga kurang match. Dia pun mendesak pemerintah mengubah materi kurikulumnya agar bisa mencetak pengusaha baru.
"Umat muslim sangat kekurangan pengusaha muslim. Pengusaha lebih didominasi non muslim. Padahal sebagai negara mayoritas Islam, harusnya kita bisa mencetak pengusaha muslim hebat yang lebih banyak lagi," tandasnya. (esy/jpnn)
Selengkapnya: www.jpnn.com