Kamusakti Tolak Rektor Baru, Menristek Digugat?

0
615

JAKARTA – Keluarga Alumni Mesin Universitas Trisaksi (Kamusakti) menolak pengangkatan Rektor Usakti oleh Menteri Ristekdikti Muhamad Nasir. Menurut Kamusakti, pengangkatan rektor tidak sah.

"Kami dari Kamusakti jelas menolak rektor yang didrop dari menteri," kata Ketua Kamusakti Adi Sempani di Jakarta, Rabu (27/7).

Dia menegaskan, pengangkatan itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan perguruan tinggi swasta. "Seharusnya rektor dipilih senat, tapi ini kan didrop. Jadi ini tidak sah," ujar Adi.

Ia menjelaskan, pengangkatan ini tidak sesuai dengan statuta. Pengangkatan juga bertentangan dengan peraturan tentang PTS. Kehadiran menteri seharusnya memberi iklim yang kondusif bagi proses perkuliahan di Usakti.

"Tetapi yang terjadi, sebaliknya. Semua akhirnya jadi terganggu," ujarnya.

Ia menambahkan, sikap Menristekdikti seharusnya netral dan objektif. Salah satu langkahnya dengan melakukan upaya dialogis dengan melibatkan semua elemen Usakti.

"Di zaman dulu kalau ada menteri yang masuk jika ada perseteruan, pasti cepat selesai. Kalau sekarang malah terbalik-balik," jelasnya.

Dia menegaskan, jika upaya dialogis ini tidak dilakukan maka konflik Usakti akan berkepanjangan. Dampaknya, nama besar Usakti menjadi jelek. Selain itu, proses perkuliahan menjadi terganggu.

"Kalau kami, kepentingannya cuma satu. Jangan sampai menganggu proses perkuliahan di Usakti," tuturnya.

Lebih lanjut dia mengatakan Kemenritekdikti sudah terlalu jauh mencampuri urusan internal Usakti. Intervensi Menristekdikti terdengar dalam pembicaraannya yang diunggah di situs youtube.

Ia menilai dalam rekaman pembicaraan berdurasi lima menit itu, pernyataan Menteri Nasir sangat provokatif.

"Silakan lihat di Youtube, bagaimana menteri berbicara sangat provokatif. Ada sebutan, 'kita anggaplah Usakti ini ada dan tiada'. Tidak bagus, tidak bagus sekali itu," papar Adi.

Meski demikian, dia berharap agar persoalan Usakti ini segera tuntas. Hal ini penting demi kemajuan dunia pendidikan Indonesia.

"Demi pintarnya rakyat Indonesia, ini cepat diselesaikan. Untuk itu, ambilah langkah dialogis. Jangan lagi ada intervensi seperti ini, kasihan mahasiswa," pungkas Adi.(boy/jpnn)

Selengkapnya: www.jpnn.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.