CINERE–Wacana full day school (FDS) atau sekolah seharian penuh yang dilontarkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendi terus menuai kontroversi. Penolakan tidak hanya dari orang tua murid dan sekolah, lembaga kursus serta guru privat pun ikut protes.
Seperti pengakuan Gatot, guru privat Bahasa Inggris yang sehari-hari mengajar di salah satu sekolah swasta favorit bilangan Cinere. Menurut dia, bila FDS diberlakukan, otomatis guru privat tidak laku lagi. Lantaran anak-anak sudah seharian di sekolah.
"Ya kami tidak bisa cari tambahan lagi. Namanya guru swasta, tidak seperti guru PNS," ujar Gatot kepada JPNN, Rabu (10/8).
Gatot mengaku mendapatkan insentif Rp 1 juta per bulan per anak. Waktu mengajarnya hanya sejam dengan delapan kali pertemuan.
"Saya mengajar delapan kali sebulan. Sekali pertemuan satu jam. Itupun tadinya pengen di-push 1,5 jam tapi anak-anak biasanya bosan kalau terlalu belajar," terangnya.
Sementara Primagama, lembaga kursus yang jadi favorit siswa dan orang tua juga risau dengan wacana FDS. Primagama yang mengambil siswa SD sampai SMA ini banyak melakukan terobosan agar orang tua mendaftarkan anaknya kursus. Salah satunya menawarkan fasilitas beasiswa.
"Ya kalau ada FDS, bagaimana anak-anak bisa kursus. Sementara jam kursus kami sesuaikan dengan jadwal anak-anak sudah pulang sekolah. Kalau FDS mereka di rumah malam, apa mau kursus malam," ujar Linda, karyawan Primagama Cinere.
Dia berharap, wacana tersebut tidak jadi direalisasikan. Lantaran akan mematikan banyak lembaga kursus. (esy/jpnn)
Selengkapnya: www.jpnn.com