JAKARTA—Jakarta didaulat menjadi salah satu dari empat kota di dunia selain London (Inggris), Kigali (Rwanda) dan Medellin (Kolumbia) menjadi tuan rumah peluncuran resmi Laporan Pemantauan Pendidikan Global atau Global Education Monitoring (GEM) UNESCO 2016.
Asisten Direktur Jenderal untuk Pendidikan UNESCO Qian Tang mengungkapkan, tren saat ini menunjukkan, pendidikan dasar universal dunia hanya akan dicapai pada 2042.
Sementara pendidikan menengah dasar (SMP) dicapai 2059 dan pendidikan menengah ke atas (SMA) pada 2084.
"Ini artinya, dunia terlambat setengah abad dari tenggat waktu pencapaian sustainable development gold (SDG) 2030," kata Qian Tang, Rabu (7/9).
Laporan GEM, lanjutnya, menunjukkan pendidikan perlu menekankan perhatian lebih akan masalah lingkungan. Setengah negara di dunia tidak memiliki kurikulum yang secara eksplisit membahas perubahan iklim.
Di negara-negara anggota OECD, hampir 40 persen siswa berusia 15 tahun memiliki pengetahuan terbatas akan isu-isu lingkungan.
“Laporan GEM edisi pertama ini harus menjadi alarm pengingat. Untuk mencapai komitmen pendidikan global dunia harus menghentikan tren sebelumnya. Kini, pendidikan harus bertindak sebagai agen perubahan untuk mencapai agenda 2030,” paparnya.
Dia menambahkan, pendidikan harus melindungi kebudayaan minoritas dan bahasa terkait, yang memiliki informasi vital tentang bagaimana ekosistem berfungsi. Tapi laporan menunjukkan 40 persen populasi global diajar dalam bahasa yang tidak mereka mengerti. (esy/jpnn)
Selengkapnya: www.jpnn.com