Ini Cerita Versi si Murid Yang Minta Gurunya Dihukum

0
792

SIDOARJO – Arif (nama samaran), siswa SMP Raden Rahmat yang memolisikan gurunya Muhammad Samhudi memiliki cerita sendiri tentang kasus yang dilaporkannya.

Dia dan Samhudi sama-sama bersikukuh dengan versinya masing-masing. Samhudi membantah melakukan kekerasan fisik pada Arid. Versi Arif, Samhudi sering bertindak kasar kepada murid-muridnya.

Kemarin Arif menceritakan perlakuan yang pernah diterima dari gurunya itu. Arif yang kini telah lulus SMP tersebut menyatakan masih trauma jika teringat perlakuan Samhudi.

Saat ditemui di rumahnya di Desa Bogempinggir, dia mengungkapkan bahwa kekerasan fisik yang dilakukan gurunya itu tidak hanya sekali atau dua kali.

''Sering dipukuli. Saya takut sama Pak Sam,'' ujarnya.

Arif juga sangat ingat peristiwa 3 Februari lalu pukul 09.30. Saat bel istirahat, dia bersama 12 temannya hendak salat Duha di musala sekolah. Namun, Arif menghentikan langkahnya. Sebab, dia dari jauh melihat beberapa temannya yang dipukuli di musala.

''Ada teman saya yang bilang bahwa mereka dipukuli karena gak pernah masuk sekolah,'' jelasnya.

Arif pun ketakutan. Sebab, dia kerap tidak masuk selama Januari dan baru masuk hari itu. Alasannya, dia sakit de mam berdarah.

''Karena takut, saya lari ke barongan dekat sungai bersama 12 teman itu,'' ungkapnya.

 Arif dan kawan-kawannya tidak berani masuk kelas. Mereka menunggu bel masuk. Saat bel berbunyi, mereka memutuskan keluar dari tempat persembunyian. ''Saat kami keluar, ternyata ada Pak Sam. Akhirnya ketahuan,'' ungkapnya.

Menurut Arif, dia dan teman-temannya dikumpulkan di rumah kosong di sebelah barat sekolah. Lalu, Arif cs diminta berjongkok sambil ditanya alasan lari ke kebun. Arif menjawab bahwa dirinya takut dipukul lantaran sering tidak masuk sekolah.

''Saya bilang kalau habis dari rumah sakit. Tapi, Pak Sam tetap saja mukul bahu kanan saya. Teman-teman juga dipukul,'' paparnya.

Kemudian, mereka disuruh berjalan sambil jongkok ke balai sekolah. Jaraknya sekitar 200 meter. Anak-anak yang kena hukuman itu juga dipukuli lagi punggungnya.

 ''Di depan balai, saya bilang kalau habis sakit. Tapi, Pak Sam malah nuding-nuding. Kemudian, lengan saya dicubit,'' jelasnya.

Orang tua Arif, Serka Yuni Kurniawan, menyatakan tahu sejak lama bahwa anaknya sering dianiaya. Dia pun beberapa kali datang ke sekolah untuk protes. Bahkan, dia sempat terlibat cekcok mulut dengan Samhudi.

''Saya rasa apa yang dilakukan Pak Sam ini sudah keterlaluan. Saya ingin ini jadi yang terakhir saja,'' paparnya.

Jumat sore lalu (5/2) Yuni menemukan tiga titik bekas cubitan di tubuh Arif. Saat ditanya, Arif mengatakan bahwa luka memar itu bekas cubitan Samhudi. Mengetahui kondisi tersebut, Yuni langsung naik pitam. Saat itu juga dia mengajak anaknya untuk melapor ke Mapolsek Balongbendo.

''Saat itu langsung divisum ke puskesmas,'' ungkap anggota Unit Intelijen Kodim Gresik 0817 itu.

Lantas, pada Senin (27/2) Yuni dipanggil ke Mapolsek Balongbendo. Dia diberi kabar bahwa berkas sudah P-21. Namun, polisi menyarankan untuk tetap berdamai dengan pihak korban.

 ''Pak Sam sudah tiga kali datang ke rumah. Saya sudah memaafkannya. Bahkan pernah mediasi bersama penasihat hukumnya di markas kodim juga,'' jelasnya.

Upaya damai dilakukan tiga kali. Namun, Yuni tetap ingin kasus itu berlanjut ke jalur hukum. Sebab, dia menganggap Samhudi sudah tidak layak lagi menjadi guru.

''Itu guru macam apa kok bisa sampai meng-smackdown siswa? Ndak cocok jadi guru. Kalau jadi petinju atau tukang pukul baru bener,'' ucapnya. Semua tudingan itu sudah dibantah Samhudi. (tib/ayu/c15/oni/flo/jpnn)

Selengkapnya: www.jpnn.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.