Oleh: Suparlan *)
***
Intelligence plus character – that is the goal of true education
(Martin Luther King Jr.)
The task of the modern educator is not to cut down jungles, but to irrigate deserts
(C.S. Lewis)
Educating the mind without educating the heart is no education at all
(Aristotle
***
Luwuk, Sulteng (ANTARA News) tanggal 4 November 2016, http://masdik.com/category/ berita/, Mendikbud mengatakan bahwa dalam waktu dekat akan mengubah pola pendidikan Dasar di Indonesia akan berbasis pendidikan karakter.
Sesuai dengan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, mengubah pola pendidikan tersebut tentunya dengan mengubah semua standar pendidikan tersebut, khususnya standar isinya, yakni kurikulumnya. Dalam rencana Kurikulum 2013 yang dipublikasikan oleh Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, struktur kurikulum SD, SMP, SMA, dan SMK, dapat dijelaskan sebagaimana terlampir. Dalam tabel tersebut standar isi dalam struktur Kurikulum SD memang mengandung muatan yang cukup besar untuk Komponen Mata Pelajaran (1) Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, dan ditambah dan (2) mata pelajaran PPKN sesuai dalam struktur kurikulum SD kelas I – III sampai kelas IV – VI dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 1: Struktur Kurikulum SD
No | Komponen | I | II | III | IV | V | VI |
Kelompok A | |||||||
1 | Pendidikan Agama dan Budi Pekerti | 4 | 4 | 4 | 4 | 4 | 4 |
2 | PPKN | 5 | 6 | 6 | 4 | 4 | 4 |
3 | Bahasa Indonesia | 8 | 8 | 10 | 7 | 7 | 7 |
4 | Matematika | 5 | 6 | 6 | 6 | 6 | 6 |
5 | IPA | * | * | * | 3 | 3 | 3 |
6 | IPS | * | * | * | 3 | 3 | 3 |
Kelompok B | |||||||
7 | Seni Budaya & Prakarya (termasuk muatan lokal **) | 4 | 4 | 4 | 5 | 5 | 5 |
8 | Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan (termasuk muatan lokal). | 4 | 4 | 4 | 4 | 4 | 4 |
Jumlah | 30 | 32 | 34 | 36 | 36 | 36 |
Catatan:
*) KD IPA dan IPS kelas I – Kelas III diintegrasikan ke mata pelajaran lainnya.
**) Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah.
Gambar 2: Struktur Kurikulum SMP
No | Komponen | VII | VIII | IX |
Kelompok A | ||||
1 | Pendidikan Agama dan Budi Pekerti | 3 | 3 | 3 |
2 | PPKN | 3 | 3 | 3 |
3 | Bahasa Indonesia | 6 | 6 | 6 |
4 | Matematika | 5 | 5 | 5 |
5 | IPA | 5 | 5 | 5 |
6 | IPS | 4 | 4 | 4 |
7 | Bahasa Inggris | 4 | 4 | 4 |
Kelompok B | ||||
8 | Seni Budaya termasuk muatan lokal *) | 3 | 3 | 3 |
9 | Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan (termasuk muatan lokal). | 3 | 3 | 3 |
10 | Prakarya (termasuk muatan lokal) | 2 | 2 | 2 |
Jumlah | 38 | 38 | 38 |
*) Muatan Lokal dapat memuat Bahasa Daerah.
Gambar 3: Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah
No | Komponen | X | XI | XII |
Kelompok A | ||||
1 | Pendidikan Agama dan Budi Pekerti | 3 | 3 | 3 |
2 | PPKN | 2 | 2 | 2 |
3 | Bahasa Indonesia | 4 | 4 | 4 |
4 | Matematika | 4 | 4 | 4 |
5 | Sejarah Indonesia | 2 | 2 | 2 |
6 | Bahasa Inggris | 2 | 2 | 2 |
Kelompok B | ||||
7 | Seni Budaya (termasuk muatan lokal) | 2 | 2 | 2 |
8 | Prakarya dan Kewirausahaan (termasuk muatan kolal) | 2 | 2 | 2 |
9 | Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan (termasuk muatan lokal). | 3 | 3 | 3 |
Jumlah jam pelajaran Kelompok Wajib | 24 | 24 | 24 | |
Kelompok Peminatan | ||||
Matapelajaran peminatan akademik (untuk SMA | 18 | 20 | 20 | |
Matapelajaran peminatan akademik dan vokasi | 26 | 26 | 26 |
Berdasarkan penjelasan Mendikbud, standar isi berdasarkan Standar Isi Kurikulum Pendidikan untuk SD dan SMP mempunyai perbandingan sebagai berikut:
No | Jenjang Pendidikan | Pendidikan Karakter | Pendidikan Keilmuan |
1 | SD | 70% | 30% |
2 | SMP | 60% | 40% |
Penerapan Sekolah Percontohan
Penerapan Pendidikan Berbasis Pendidikan Karakter dan berbasis Keilmuan tersebut pada tahun 2016 akan di terapkan pada 500 SEKOLAH PERCONTOHAN, dan pada tahun berikutnya akan teterapkan pada 1.500 SEKOLAH PERCONTOHAN, dan pada tiga tahun berikutnya, seluruh SEKOLAH PERCONTOHAN tersebut sudah menerapkan SEKOLAH PERCONTOHAN tersebut.
Pendidikan Karakter merupakan pondasi bangsa. Demikian dijelaskan oleh Mendikbud. Jika pondasi kuat, maka apa pun yang akan dibangun di atasnya akan baik dan kokoh pula. Demikian Mendikbud yang pada saat itu didampingi Sesjen Kemendikbud Didiek Suhardi dan Bupati Banggai, Herwin Yatim
“Pendidikan karakter ini penting karena karakter merupakan pondasi bangsa. Kalau pondasinya baik, maka apapun yang dibangun di atasnya akan baik dan kokoh, tetapi kalau pondasinya rapuh, maka semua yang dibangun di atasnya akan mudah roboh,” kata Menteri yang didampingi Seksjen Kemendikbud Didik Suhadi dan Bupati Banggai Herwin Yatim (Editor: Ruslan Burhani).
Bersamaan dengan penerapan pendidikan berbasis Pendidikan Karakter danKeilmuan tersebut, konsep Full Day School diberlakukan juga. Dengan demikian, jam pelajaran di SD dan SMP akan berlangsung selama delapan jam sepekan, dan pada Hari Sabtu tidak ada jama pelajaran, sehingga pada Hari Sabtu dan Minggu akan digunakan sepenuhnya sebagai Hari Keluarga. Alhamdulillah, penjelasan Pendidikan Dasar berbasis Pendidikan Karakter ini sekaligus menjelaskan pula gagasan Full Day School (FDS) dalam tulisan sebelumnya telah ditanyakan kapankah gagasan tersebut dapat diimplementasikan di negeri kita tercinta Indonesia. Dengan demikian, tulisan ini ternyata telah menjawabnya dengan begitu jelas. Sudah barang tentu ada beberapa pembaca yang bertanya-tanya dalam hati tentang substansi pendidikan berbasis karakter tersebut, dan substansi apa pula untuk jenjang yang lebih tinggi. Sesuai dengan jenjang pendidikannya, substansi pendidikan karakter untuk pendidikan karakter akan lebih pas dengan peningkatan budaya sekolah (school culture) seperti budaya antri, budaya membuang sampah pada tempatnya, budaya menghormati orang yang lebih tua usianya, dan sebagainya. Untuk mengamalkan pendidikan karakter tersebut, delapan belas PILAR NILAI-NILAI KARAKTER yang telah disusun oleh Pusat Kurikulum menjadi rujukan utamanya.
Di samping jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP), untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi penyiapan tenaga kerja yang terampil dan pendidikan vokasi di SMA dan SMK menjadi substansi pendidikan yang paling penting, di samping penyiapan ternaga kerja terampil dalam bidang pertanian, dan bidang industri kreatif, sejalan dengan upaya peningkatan akses pelayanan pendidikan yang lebih merata. Untuk menutup tulisan ini marilah kita memahami kata mutiara Aristoteles yang menyatakan bahwa “ Educating the mind without educating the heart is no education at all” atau “Pendidikan otak tanpa pendidikan hati adalah sama sekali bukan pendidikan.”
Depok, 5 Oktober 2016.