Liputan6.com, Jakarta – Bukan perkara mudah untuk bisa menjadi miliarder di usia yang masih sangat muda. Karena pengusaha muda terkadang dipandang sebelah mata. Banyak juga yang menilai, usaha yang dilakoni ada campur tangan dari kedua orang tuanya.
Hal itu dialami oleh seorang pengusaha muda di bidang fashion pria, Yasa Paramita Singgih. Yasa berhasil menjadi miliarder di usianya yang masih 20 tahun berkat produknya dengan label Men’s Republik yang sudah mendunia.
Di tengah perjalanan, usaha Yasa tak selalu berjalan mulus. Tak jarang ia mendapat cibiran serta komentar tidak mengenakan. Namun dia tak ambil pusing dan percaya diri bahwa usahanya akan sukses.
Baca Juga
INSPIRATO : Bekerja Mulai Dari Tukang Angkut Sampah Hingga Menjadi Presiden Direktur Microsoft
INSPIRATO : Revolusi Digital Rudiantara
INSPIRATO : Dirut Mandiri dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan kesempatan yang ada
“Saya pertama kali memulainya dengan cibiran karena setiap kali saya masuk dalam pemberitaan media online selalu saja ada yang komen “pasti dia anak konglomerat atau emang terlahir udah kaya makanya bisa masuk Forbes, dan lain-lain” untungnya, saya tidak pernah mengambil pusing akan itu” ujar pria 21 tahun itu.
Banyak yang tidak mengetahui bahwa Yasa hanya berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Tapi ia pernah ada di satu posisi di mana ia merasa harus berubah dan mulai mencari uang untuk dirinya sendiri..
Pada saat itu, Sang Ayah masuk rumah sakit akibat serangan jantung yang menyumbat keempat pembuluh darahnya. Sang Ibu langsung memutuskan untuk operasi pemasangan ring.
Namun, Sang Ayah menolak hal tersebut dan memilih untuk menggunakan uang itu untuk keperluan sekolah anak-anaknya. Momen itu menjadi salah satu momen yang mengubah hidup Yasa Singgih.
“Dari situ saya menyadari saya bukan berasal dari keluarga kaya raya. Karena untuk membayar rumah sakit saja Ayah saya tidak mampu. Lalu saya memutuskan di usia ke 15 tahun untuk mencari uang sendiri” terangnya.
Pada saat itu, Yasa masuk SMA dan ia mulai menjadi pembawa acara di beberapa acara untuk mendapatkan uang. Setelah itu ia ingin memulai bisnisnya dengan dibantu seorang teman bernama Jevon untuk membuat kaos.
“Karena saya adalah seorang yang gaptek (gagap teknologi-red) tidak bisa menggunakan Adobe atau yang lain, hanya mengandalkan Microsoft Word dan Paint saya membawa desain itu ke Jevon. Singkat cerita jadilah desain baju pertama saya yang diberi brand Men’s Republic” ungkapnya.
Men’s Republic akhirnya bisa berkembang pesat. Tapi sayangnya pada tahun 2012 ketika Yasa berusia 17 tahun, ia menjadi tidak fokus dan coba-coba mengembangkan usahanya ke kuliner dengan membuka kedai. Hanya bertahan 10 bulan kedai Yasa bangkrut, ia rugi hingga Rp 100 juta dan tidak bisa meneruskan bisnis kaosnya lagi.
“Setelah bangkrut pada tahun 2014 saya kembali memulai semuanya dari 0, pada saat itu saya mau masuk kuliah dan saya sudah berjanji pada orang tua saya untuk membayar kuliah saya sendiri” terangnya.
Untuk memenuhi janjinya, Yasa kembali berupaya untuk memulai kembali usahanya dari 0. Dengan menganalisis pasar fashion pria sekarang, Yasa mampu menemukan solusi yang tepat.
“Akhirnya saya membuat solusi dengan membuat sebuah brand fashion bernama Men’s Republic khusus untuk remaja pria, middle class dan harganya di bawah Rp 500.000,- dan go online tapi kualitas mall dengan harga online shop. Akhirnya produk usaha ini terus berkembang, kami hanya memproduksi produk yang manly dengan warna maroon, hitam, abu-abu, coklat, putih, dll” kata Pria kelahiran 1995 itu.
Dari situ Yasa sukses melebarkan sayap bisnisnya hingga ke delapan negara, serta mampu meraih omzet ratusan juta rupiah dan masuk dalam daftar Forbes sebagai entrepreneur muda di bawah usia 30 tahun di Asia yang memberi warna tersendiri di bidang e-commerce dan retail. (Nabila)
Selengkapnya: bisnis.liputan6.com