Oleh: Suparlan *)
- Sebagai bahan evaluasi diri, kita tidak perlu ragu dan tidak perlu malu-malu. Menilai diri sendiri. Di sekolah pun kita sudah diajari melakukan EDS (evaluasi diri sekolah). Inilah negeri tercinta Indonesia. Masdik.com mengajak kita semua untuk melakukan gerakan Evaluasi Diri. Inilah sebenarnya langkah awal pelaksanaan program REVOLUSI MENTAL yang harus segera dilaksanakan Presiden Jokowi. Presiden Jokowi telah membuat judulnya REVOLUSI MENTAL. Tapi pengantarnya mana, pendahuluan, dan daftar isi tulisannya belum terlihat sama sekali. Terus kapan implementasinya? Kapan evaluasinya? Dan seterusnya sampai semua fungsi manajemennya selesai dilaksanakan.
- Di Indonesia, konsepsi MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA telah dilahirkan bertepatan pada hari proklamasi, tanggal 17 Agustus 1945. Inilah konsepsi kecerdasan majemuk. The founding father yang pertama kali melahirkannya. Pendiri republik ini telah melahirkannya dan telah merumuskannya dalam empat TUJUAN negeri ini, atau katakanlah sebagai JANJI-JANJI REVOLUSI atau CITA-CITA REVOLUSI. Ada sedikit perbedaan antara TUJUAN dan JANJI. Tujuan masih ada TENGGAT WAKTU untuk menyelesaikan. Tapi JANJI harus ditepati. Itulah yang terdapat dalam otak Masdik.com. Benarkah? Beri saja komentar untuk diskusi dengan Masdik.com. Tak ada salahnya kok beda pendapat. Kita memang diciptakan berbeda oleh Allah SWT, dengan tujuan untuk menjalin kerja sama. Kembali kepada konsepsi MENCERDASKAN KEHIDUPAN MAJEMUK dilahirkan pertama di negeri tercinta. Konsepsi itu luar biasa maknanya. Untuk kita fahami, kosa kata “cerdas” sudah ada dalam KUBI tahun 1987. Ya, itu tentu saja, tahun 1945 saja pendiri republik ini saya telah menggunakannya dalam Pembukaan UUD 1945 dalam kalimat “mencerdaskan kehidupan bangsa.”
Pada halaman 201, KUBI menjelaskan sebagai berikut:
cerdas: 1. Sempurnya perkembangan akal budinya (pandai, tajam pikiran dsb); mis. anak-anak dididik supaya jadi orang yang baik budi kagi –; 2. sempurnya pertumbuhan tubuhnya (spt sehat kuat dsb); mis. anak itu kecil tubuhnya tetapi tak kurang – nya.
mencerdaskan: menjadikan serdas; mis. – bangsa-bangsa yang terbelakang; bangsa-bangsa – akal budi.
kecerdasan: kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman pikiran dsb).
Demikian juga kata “cerdik.” Kosa kata “cergas” juga sudah tertulis dalam KUBI tersebut, yang konon berasal dari Bahasa Malaysia.
Demikian pula dengan kosa kata “pintar.” Tapi, bolehkah pembaca membuka sendiri halaman 757 dalam KUBI tersebut? Tertuang dalam KUBI tersebut sebagai berikut:
pintar: 1. Pandai; cacap; mis. Ia termasuk anak yg – di kelas ini; 2. Cerdik; banyak akal; mis. Rupanya pencuri itu lebih – dp polisi; 3. Mahir (melakukan sesuatu); mis, belum berapa – membaca;
terpintar: terpandari; tercakap dsb;
kepintaran: 1. kepandaian; 2. kecerdikan; 3. kemahiran.
- Sambil lalu pembaca mempelajari makna kedua kosa kata tersebut dengan seksama, yakni cerdas dan pintar, Masdik.com mengajak pembaca mempelajari konsep MULTIPLE INTELLIGENCE atau KECERDASAN MAJEMUK dari HOWARD GARDNER. Perlu kita fahami bahwa konsep MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA dilahirkan pada tahun 1945 oleh para pendiri bangsa negeri ini. Sementara itu konsep KECERDASAN MAJEMUK atau MULTIPLE INTELLIGENCE, namanya telah diumumkan pada tahun 1983 oleh Howard Gardner dalam buku THE FRAME OF MIND: MULTIPLE INTELLIGENCE. Kedua konsep tersebut menggunakan nama yang sama, yakni CERDAS atau INTELLIGENCE. Dalam teori dijelaskan bahwa meskipun konsep KECERDASAN MAJEMUK telah lahir pada tahun 1983, tetapi konsep tersebut sebenarnya telah dikembangkan sejak jauh sebelumnya. Misalnya JP. Gilford (1967)yang telah mengembangkan The Nature of Human Intelligence. Bahkan jauh sebelumnya Alfred Binet dan T. Simon (1908) dari Perancis telah mengemangkan Skala Tes Kecerdasan Stanford-Binet. Kemudian LM. Terman dari Stanford University dari California telah merevisi tes tersebut secara berkala. Kemudian Profesor Gale Roid dari Peabody College of Education, Vanderbilt University, tes tersebut disesuaikan dengan untuk dapat digunakan untuk usia dari dua tahun sampai dengan 85 tahun. Tidak ada satu pun teori yang berhenti ketika dipelajari. Tetapi yang jelas, konsepsi MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA telah dilahirkan oleh para pendiri negeri tercinta Indonesia pada tahun 1945 pada peristiwa penting PROKLAMASI KEMERDEKAAN. Sementara teori MULTIPLE INTELLIGENCE telah dilahirkan oleh HOWARD GARDNER, seorang ahli psikologi Amerika Serikat pada tahun 1983.
- Sayangnya, konsepsi dari negeri tercinta ternyata menjadi tidak berkembang sebagaimana perkembangan ilmu sebagaimana seharusnya. Lebih dari itu, konsep itu difahami dan diimlementasikan secara bermanfaat. Konsepsi di negeri ini masih bersifat mendua karena lebih digunakan kosa kata pintar ketimbang kosa akta cerdas. Padahal berdasarkan analisis secara etimologis kosa kata “cerdas” jauh mempunyai nilai positif dibandingkan kosa kata “pintar.”
Pintar lebih bermakns negatif, sebagaimana kalimat berikut: Rupanya pencuri itu lebih pintar daripada polisi; Sebaliknya cerdas bermakna lebih positif: anak itu kecil tubuhnya tetapi tak kurang cerdasnya.
Yang paling mengesankan, konsep Howard Gardner terus dikembangkan secara optimal. Pada awalnya dalam buku MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA, yang ditulis pada tahun 2004, Suparlan telah membuat TITIAN INGATAN atau JEMBATAN KELEDAI atau MNEMONIK untuk mempermudah mengingat, yakni:
No. | Titian Ingatan | Delapan Tipe Kecerdasan |
1 | S | Spasial atau gambar atau ruang |
2 | L | Language atau bahasa |
3 | I | Interpersonal atau komunikasi |
4 | M | Musik atau seni suara atau seni lainnya |
5 | N | Naturalis atau alam (alam, binatang, tumbuhan) |
6 | B | Bodily kinestetis atau gerak badan atau olah raga |
7 | I | Intrapersonal atau menilai diri sendiri, filosofi |
8 | L | Logical matematik atau intelektual |
- Dewasa ini Howard Gardner telah mengembangkan teorinya menjadi sembilan tipe kecerdasn majemuk sebagai berikut:
No. | Dalam Bahasa Inggris | Dalam Bahasa Indonesia |
1 | Verbal-linguistic intelligence (well-developed verbal skills and sensitivity to the sounds, meanings and rhythms of words) | Kecerdasan Verbal-bahasa (kecakapam verbal dan sensivitas terhadap suara, makna ritma kata-kata) |
2 | Logical-mathematical intelligence (ability to think conceptually and abstractly, and capacity to discern logical and numerical patterns) | Kecerdasan Logical-mathematical (kemampuan untuk berfikir konseptual dan secara abstrak, dan kemampuan untuk berfikir logis dan pola-pola angka) |
3 | Spatial-visual intelligence (capacity to think in images and pictures, to visualize accurately and abstractly) | Kecerdasan Spatial-visual (kemampuan untuk berfikir dengan gambar untuk memvisualisasikan secara tepat dan secara abstrak) |
4 | Bodily-kinesthetic intelligence (ability to control one’s body movements and to handle objects skillfully) | Kecerdasan ragawi-jasmani (kemampuan untuk mengontrol gerakan-gerakan badan dan mengendalikan objek dengan mahir) |
5 | Musical intelligences (ability to produce and appreciate rhythm, pitch and timber) | Kecerdasan musical (kemampuan untuk menghasilkan dan menghargai irama, dan alat-alat kayu) |
6 | Interpersonal intelligence (capacity to detect and respond appropriately to the moods, motivations and desires of others) | Kecerdasan Interpersonal (kemampuan untuk mendeteksi dan merespon perkiraan perasan batin, motivasi, dan keinginan orang lain) |
7 | Intrapersonal (capacity to be self-aware and in tune with inner feelings, values, beliefs and thinking processes) | Kecerdasan Intrapersonal (kemampuan untuk sadar diri dan suara hati, nilai-nilai, keyakinan dan proses berfikir) |
8 | Naturalist intelligence (ability to recognize and categorize plants, animals and other objects in nature) | Kecerdasan Naturalist (kemampuan untuk mengetahui dan menghategorisasikan tumbuhan, bunatang, dan objek alam lainnya) |
9 | Existential intelligence (sensitivity and capacity to tackle deep questions about human existence such as, What is the meaning of life? Why do we die? How did we get here? | Kecerdasan Eksistensial atau Spiritual (sensivisitas dan kemampuan untuk mengatasi pertanyaan mendalam tentang eksistensi manusia, seperti Apakah makna kehdupan, Mengapa kita mati, dan Mengapa kita pergi ke sana?) |
- Akhirul kata, tampak jelas perkembangan teori kecerdasan majemuk oleh Howard Gardner ini mengarah kepada kehidupan yang dibimbing oleh keyakinan agama seseorang, Itulah sebabnya, kecerdasan yang paling puncak adalah disebut kecerdasan eksistensial atau KECERDASAN SPIRITUAL, yang berusaha untuk mencari eksistensi kehidupan manusia tentnag makna kehidupan ini sesungguhnya, karena bagaimana pun juga kita harus mempertanggungjawabkan tentang apa yang telah kita lakukan di dunia. Berat manakah pahala dan dosa kita? Semua amal (baik dan buruk) kita semuanya telah tercatat dalam tulang ekor kita masing-masing. Pertanyaan yang paling mendasar dalam kehidupan ini adalah menggunakan teori kecerdasan spiritual, yakni “form where, to where, and for what (min aina, ila aina, wa lamadza). Wallahu alam.
Referensi:
- Suparlan, Mencerdaskan Kehidupan bangsa: Dari Konsepsi Sampai Dengan Implementasi, Yogyakarta: Hikayat, 2004.
- Yuslam Fauzi, Dirut Bank Syariah Mandiri, Memaknai Kerja. Bandung: Mizan, 2012.
Depok, 9 Oktober 2016.