Karakter dan Bakat

0
3333

 Oleh: Suparlan 

Sering kita mendengar ada seseorang yang menyebutkan Si Mat sebagai orang yang hanya banyak bicara, sementera orang lain Si Dul sebagai orang yang pendiam, dan seterusnya. Apakah Si Mat dan Si Dul harus kita bedakan dengan memiliki karakter atau bakat tertentu? Mungkin Anda sependapat dengan penulis bahwa keduanya lebih tepat untuk disebut sebagai memiliki karakter yang berbeda, dan bukan bakat yang berbeda.

Karakter dan bakat adalah sesuatu yang jauh berbeda. Kedua inilah yang telah membedakan antara satu orang dengan orang lain. Bahkan karena karakter inilah yang telah menyebabkan Tuhan Yang Maha Kuasa harus mengirimkan utusannya di dunia yang fana ini, yakni untuk menyempurnakan karakter manusia.

Setiap orang memang telah tercipta berbeda dengan orang orang lain. Perbedaan tersebut adalah karena dua faktor, baik karena karakternya maupun oleh karena bakatnya. Di samping itu, antara karakter dan bakat memang sesuatu yang jelas-jelas berbeda. Boleh dikatakan bahwa karakter adalah sesuatu yang diperoleh (dengan usaha), tapi bakat adalah sesuatu yang telah diterima secara azali.

Karakter dikenal juga sebagai akhlak atau akhakul karimah atau akhlak yang baik. Bakat dikenal sebagai talent. Dalam hal ini, karakteri memang harus ditumbuhkembangkan mulai sejak kecil. Sementara bakat memang dibawa dari lahir. Tapi kedua-keduanya, baik karakter dan bakat memang sama-sama dapat dan harus dibentuk dan dikembangkan. Tapi keberhasilan dalam pembentukan karakter lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal, sementara keberhasilan dalam pembentukan bakat lebih karena faktor internal, namun keduanya, baik karakter maupun bakat memang harus dibentuk dan dikembangkan, baik melalui faktor internal maupun eksternal. Demikianlah gambaran sekilas tentang karakter dan bakat, baik perbedaan maupun persamaannya. Keduanya memiliki irisan yang dapat untuk menyamakan maupun irisan yang dapat untuk membedakannya. Tulisan singkat ini akan menjelaskan apa sesungguhnya yang dimaksud dengan nilai-nilai karakter yang harus dimiliki setiap orang yang harus hidup bersama dengan orang lain itu di dunia ini, dan apa sajakah pilar-pilar nilai karakter yang harus ditumbuh-kembangkan. Nilai-nilai karakter dikenal sebagai values. Jika ada pertanyaan tentang apakah yang tidak pernah berubah di dunia ini, maka jawabannya kalau bukan kata perubahan itu sendiri, maka jawabannya adalah “standards of behavior” atau sesuatu yang disebut sebagai “standards moral” atau standar perilaku atau standards moral yang dijadikan acuan dalam kehidupan ini, seperti “keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa.” Itulah sebabnya, ketika seseorang yang secara sengaja atau tidak sengaja berperilaku tidak menghargai keyakinan orang lain, maka hal ini dipandang sebagai sesuatu yang paling tinggi. Inilah yang disebut sebagai VALUES yang dibahas dalam tulisan ini.

Berkenaan dengan VALUES ini, Sanford N. McDonnell dalam tulisannya bertajuk “Character is Destiny” atau Karakter adalah Takdir telah menyebutkan 6 VALUES yang dipercaya oleh masyarakat Yunani, sebagai berikut:

No. VALUES
1 WISDOM (kebijakan) atau kehati-hatian
2 JUSTICE (keadilan),
3 FORTITUDE (ketabahan),
4 SELF-CONTROL (pengendalian diri),
5 LOVE (cinta kasih),
6 POSITIVE ATTITUDE (sikap positif).

 

Dibandingkan dengan kategori yang dibikin Pusat Kurikulum Kemdikbud, ternyata delapan belas pilar nilai karakter[1] dapat dibedakan menjadi 5 kategori, yakni:

No Kategori No Pilar Nilai
I Hubungan manusia dengan Tuhan 1 RELIGIUS
II Hubungan manusia dengan diri sendiri 2 GAYA HIDUP SEHAT
3 DISIPLIN
  4 KERJA KERAS
  5 PERCAYA DIRI
  6 BERJIWA WIRA USAHA
  7 BERFIKIR LOGIS
  8 BERFIKIR KRITIS
  9 KREATIF
III Hubungan manusia dengan sesama 10 HAK DAN KEWAJIBAN
11 PATUH PADA ATURAN SOSIAL
12 MENGHARGAI KARYA
13 MENGHARGAI PRESTASI ORG LAIN
14 SANTUN
15 DEMOKRATIS
IV Hubungan manusia dengan lingkungan 16 LINGKUNGAN ALAM DAN SOSIAL
  17 NASIONALISME
  18 KEBERAGAMAN

 

Demikianlah gambaran sekilas untuk membedakan antara nilai-nilai karakter, dan tidak satupun yang terkait dengan bakat yang dimiliki Si Mat dengan Si Dul yang digambarkan pada awal tulisan ini.

Depok, 19 November 2016.

[1] Suparlan, Praktik Terbaik Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Yogyakarta, Hikayat, hal. 19.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.