Oleh: Suparlan *)
Memang seharusnya kita harus memahami bahwa Islam itu moderat. Karena sejak Allah SWT menurunkan Al-Quran melalui IQRA-Nya, Islam itu hulalinnas. Islam itu jalan lurus untuk semua umat manusia. Islam bukan kiri, juga bukan kanan, tetapi jalan lurus, atau moderat. Untuk memilih jalan lurus tersebut, manusia telah diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang tertinggi derajat-Nya.
Allah SWT menciptakan perbedaan
Memang, Allah SWT menciptakan manusia bersuku-suku, berbangsa-bangsa, berbeda warna kulit, berfikir merdeka, berfikir logis, berfikir kritis, Di samping itu manusia yang diciptakan sebagai makhluk yang tertinggi derajatnya juga dibekali dengan berbagai macam potensi kecerdasan, yang menurut ahli kecerdasan majemuk (multiple intelligences) meliputi sembilan kecerdasan yang berbeda-beda, meliputi spatial, verbal, komunikasi, musikal, naturalis, ragawi, evaluasi diri, serta eksistensial atau spiritual. Oleh karena potensi kecerdasan itulah maka manusia memang memiliki potensi kemampuan yang berbeda-beda. Dengan kondisi dan potensi yang berbeda itulah maka manusia memiliki kecenderungan yang berbeda-beda, tetapi bukanlah untuk saling menci-maki, saling membenci, bahkan saling membunuh, sebaliknya kembali kita harus saling kasih-mengasihi, bantu-membantu, tolong menolong, dan bahkan saling bekerja sama. Akhirnya, jalan Al-Quran adalah jalan yang terbaik dari sisi Allah. Mudah-mudahan dengan penemuan manuskrip Al-Quran di Birmingham (periksa tulisan tentang manuskrip tertua di Inggris) dapat membuka mata dunia tentang kebenaran Al-Quran.
Terkait dengan kerja sama dan gotong royong, Alhamdulillah Indonesia telah memiliki gotong royong. Bahkan konon beberapa negara telah mengimpor gotong royong tersebut dan telah dipraktikkan untuk meningkatkan kinerja negara tersebut. Oleh karena itu dalam kaitannya perlunya revolusi mental untuk dapat meningkatkan kinerja NKRI, menurut pandangan Islam, kita perlu menerapkan syariah dalam segala bidang. Bukan hanya dalam bidang ekonomi, seperti bank syariah, tetapi juga dalam semua bidang, politik, sosial, dan budaya. Untuk dapat meningkatkan kinerja tersebut, maka jalan Al-Quran yang harus ditempuh adalah bukan dengan bersengketa, bukan dengan saling mencaci-maki, apalagi saling membunuh, tapi untuk berkasih sayang antara satu dengan yang lain, dan berkolaborasi. Kita selalu diingatkan oleh para ahli “we are not looking for a superman, but we are looking for superteam.” Kita tidak mencari orang super, tetapi kita ingin mencari orang yang dapat membangun tim yang super untuk bekerja sama.
Islam, Rahmatan Lil ‘Alamin
Benar, bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin. Namun banyak orang yang masih harus memaknai dan mengimplementasikan dengan cara yang lebih baik lagi. Pertama, kasih sayang kepada semua makhluk, bukan hanya dengan sasama manusia, tapi juga dengan dunia semua makhluk Allah SWT, seperti hewan dan tumbuhan, bahkan makhluk dunia lain, malaikat dan jin dan setan, tentu perlu strategi dan metode yang sesuai. Manusia adalah makhluk yang tertinggi derajatnya, Pernyataan bahwa Islam adalah agamanya yang rahmatan lil ‘alamin sebenarnya adalah kesimpulan dari firman Allah Ta’ala,
أَرْسَلْناكَ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ إِلاَّ وَما
Artinya “Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107).
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam diutus dengan membawa ajaran Islam, maka Islam adalah rahmatan lil’alamin, Islam adalah rahmat bagi seluruh manusia, dengan syarat menjalankan syariat-Nya.
Contoh Nabi Muhammad SAW
Memang agama yang diridhai oleh Allah adalah Islam. Untuk ini Allah Ta’ala sendiri yang berfirman:
الإِسْلامُ اللَّهِ عِنْدَ ينَ الدِّإِنَّ
“Agama yang diridhai oleh Allah adalah Islam” (QS. Al Imran: 19)
Untuk ini, firman Allah Ta’ala:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (QS. Al Imran: 85)
Untuk mengajak orang lain bersama-sama muslim lainnya di dalam Islam, Nabi Muhammad SAW memberikan contoh yang sangat jelas. Contoh tersebut adalah seorang miskin dan buta yang disuapi makanan oleh Nabi. Karena kasih sayang Rasullullah, akhirnya orang miskin dan buta tersebut masuk Islam bukan dengan kekerasan, tetapi justru karena kesabaran. Pekerjaan menyuapi orang miskin dan buta tersebut kemudian digantikan oleh Abu Bakar, karena jawaban anaknya ketika Abubakar bertanya kepada anaknya “sunah apalagi wahai anakku yang belum saya lakukan wahai anakku?” Menyuapi orang miskin dan buta, ya abi!! Rasulullah SAW selalu melakukannya setiap kembali sari masjid. Akhirnya, pekerjaan menyuapi orang miskin yang buta itu dilakukan oleh Abu Bakar. Tapi respon orang miskin buta tersebut tidak disangka-sangka oleh Abu Bakar. Orang miskin buta itu menunjukkan sikap yang tidak menyenangkan kepada Abu Bakar karena orang miskin itu menanyakan sebagai berikut: “Siapa yang menyuapi ini?” Abu Bakar akhirnya bertanya kepada orang miskin buta tersebut. “Kenapa wahai saudaraku? Orang miskin buta itu pun menyatakan yang sebenarnya. Orang yang sebelum ini, jauh lebih halus ketika menyuapiku. Orang miskin buta itu pun lanjut bertanya. “Siapakah orang itu, Tuan?” Ketahuilah wahai saudaraku, beliau itu tidak lain adalah Rasulullah SAW. Saya mencoba menggantikan Rasulullah karena beliau sedang berdakwah di tempat lain. Akhirnya orang miskin itu menyadarinya, dan kemudian bertanya “Oh … kapankah beliau akan kembali ke sin, ya tuan? Singkat kata, Rasulullah melanjutkan kebiasaannya menyuapi orang miskin buta tersebut. Tentu saja, cara menyuapinya akan segera dapat diketahui oleh orang miskin yang buta tersebut. Akhirnya, orang miskin yang buta itu mendekat kepada Rasulullah, merangkulnya, dan kemudian mengucapkan syahadat di depan Rasulullah SAW.
Berdasarkan contoh Rasulullah SAW tersebut, Islam rahmatan lil alamin bersifat umum, untuk semua umat manusia, karena Islam memang diturunkan keapda seluruh umat manusia. Islam adalah (memang) moderat, bukan kiri dan bukan kanan, melainkan jalan lurus, jalan Al-Quran yang harus diikuti oleh semua umat manusia.
Depok, 18 Agustus 2016.