Bertekad Menjadi Universitas Riset

0
900

Oleh: Suparlan *)

Pada tanggal 2 Mei 2016, Tempo.com memuat tulisan menarik bertajuk UIN Syarif  Hidayatullah Jakarta bertekad menjadi Universitas Riset. Tekad tersebut rupanya bukan main-main. Bukan hanya mimpi, meski semuanya memang harus melalui mimpi. UIN Jakarta akan mengalokasikan hibah riset dari dana BOPTN (Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri untuk memperkuat riset internasional bagi dosen, riset universitas dengan pemerintah daerah dan industri, serta memperkuat riset di kalangan mahasiswa.

Penguatan kegiatan riset dalam tiga bidang ini merupakan ikhtiar untuk menjadikan UIN Jakarta sebagai universitas riset. Demikian penjelasan Rektor UIN Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, dalam gala dinner dengan para jurnalis alumni UIN Jakarta, Sabtu, 30 April 2016. Dalam kesempatan yang sama, Rektor menyatakan akan mengalokasikan Rp30 milyar untuk melaksakan kegiatan tiga bidang riset tersebut. Dalam hal ini, Rektor menjelaskan bahwa alokasi dana tersebut naik lebih dari 200 persen dibandingkan dengan dana hibah yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya.

Dalam bidang riset internasional tersebut, UIN Jakarta kembali akan mengalokasikan hibah riset internasional melalui skema sebagai berikut: (1) riset international kolaboratif, (2) visiting professor, dan (3) perjalanan konferensi akademik internasional. Melalui tiga skema tersebut, UIN akan mengirimkan dosen dan professor UIN Jakarta untuk melaksanakan riset di berbagai universitas luar negeri.

Dalam bidang riset internasional, UIN Jakarta juga akan menerima peneliti ke berbagai universitas dunia untuk melakukan riset di UIN Jakarta. Pada pertengahan April lalu, delegasi UIN Jakarta dari lembaga LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) dan Pusat Layanan Kerjasama Internasional telah menyosialisasikan dan mengundang para akademisi dari Kanada untuk melakukan riset di UIN Jakarta.

Dalam bidang riset universitas dengan pemerintah daerah dan provinsi, UIN Jakarta akan mengajak kalangan pemerintah daerah dan industri melalui skema pengabdian masyarakat. Selain Jawa Barat dan DKI Jakarta, UIN Jakarta mengajak program riset ini di Provinsi Banten.

Provinsi Banten menjadi lokasi prioritas penelitian deengan skema pengabdian mengingat, karena sebagian besar program pengabdian masyarakat mahasiswa difokuskan di wilayah ini, yakni seperti Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. Provinsi Banten juga dinilai memiliki banyak industri yang layak dijadikan sasaran sebagai mitra aktivitas riset.

“Saya telah meminta kepada Prof. Dr. Murodi, MA, Wakil Rektor Bidang Kerjasama, untuk menginisiasi kerja sama dengan industri di kawasan ini,” papar Rektor UIN Jakarta.

Sementara itu, kegiatan riset mahasiswa dilakukan, salah satunya melalui pelatihan riset mahasiswa yang diselenggarakan Jumat-Sabtu (29-30 April 2016). Dalam kegiatan tersebut, 80 orang mahasiswa dari 11 fakultas UIN Jakarta mengikuti pelatihan metodologi dan praktik penelitian yang dipandu oleh Bagian Kemahasiswaan dan Pusat Penelitian dan Penerbitan UIN Jakarta.

Pelatihan riset mahasiswa tersebut UIN Jakarta memasang dua output jangka pendek dalam pelaksanaan riset. Pertama, penyiapan para mahasiswa yang siap untuk mengikuti kejuaraan riset mahasiswa. Kedua, menyiapkan mahasiswa yang siap mengasistensi riset dosen-peneliti UIN Jakarta.

Demikianlah sekilas informasi yang dapat menjadi bahan pembelajaran bagi semua pihak di semua pihak, termasuk universitas swasta. Universitas Tama Jagakarsa termasuk di dalamnya.

Terkait dengan dorongan yang tidak ada henti-hentinya dari dari Rektor UTAMA dan Ketua Dewan Pembina, diharapkan agar semua dosen dapat melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, terutama dalam bidang riset, baik riset kuantitatif maupun kualitatif, atau pun riset perpustakaan maupun riset lapangan (field research).

Tapi apakah UTAMA tidak mau melihat kuduknya terlebih dahulu? Tentu saja. Dibandingkan dengan UIN Jakarta, Universitas Tama memang jauh panggang dari api dalam banyak hal. Dari aspek statusnya, UIN Jakarta memang negeri penuh, sedang UTAMA adalah swasta penuh. Dari aspek fasilitasnya apa lagi? Dari segi jumlah dosen dan mahasiswa juga jauh berbeda, Dengan demikian keduanya memang tidak perlu dan tidak boleh dibandingkan (incomparable). Semakin banyak aspek yang akan dibandingkan, akan semakin jauh kesenjangan yang kita dapatkan antara keduanya.

Meskipun UTAMA memang jauh dari impian menjadi universitas riset seperti yang digagas oleh UIN Jakarta, tetapi seperti yang dilaporkan oleh Rektor Dr. Noor Sembiring, SE, MM, beberapa mahasiswa Fakultas Teknik berhasil menjadi juara pertama dalam lomba teknologi terapan tahun 2016 mengungguli mahasiswa dari UI, Universitas Trisakti, dan universitas lainnya. Bahkan, meskipun universitas ini dapat disebut sebagai universitas yang “biasa-biasa” saja, tapi di sana semuanya ada, paparnya ceria.

Alhamdulillah pada tanggal 31 Agustus 2016 ini Universitas Tama memang masuk dalam kategori “biasa-biasa” saja, namun pada tahun ini Utama akan mewisuda 600 orang lulusan dalam semua jurusan, dan akan menerima 500 orang mahasiwa baru dalam semua program studi. Dalam kaitan ini, perkembangan Universitas Tama ini dapat mejadi bidang penelitian yang menarik, yang kesimpulannya akan dapat untuk melihat prospek perkembangannya, apakah akan terus berkiprah dan berjaya di masa depan ataukah akan menjadi tinggal cerita? Tergantung pada semua civitas acedemica.

Untuk mengawali tekad kuat itulah, ada aktivitas trial and error yang dapat dan harus dilakukan oleh Universitas Tama Jagakarsa untuk meraih cita menjadi universitas riset, misalnya: (1) LPPM Tama dapat mengadakan pertemuan dengan semua dosen untuk membahas adakah kemungkinan bidang-bidang riset yang secara minimal dapat dilaksanakan, (2) melaksanakan kegiatan seperti yang telah diadakan UIN Jakarta, seperti pelatihan riset mahasiswa dengan memasang dua output jangka pendek dalam pelaksanaan riset, (3) penyiapan para mahasiswa yang siap untuk mengikuti kejuaraan riset mahasiswa, (4) menyiapkan mahasiswa yang siap mengasistensi riset dosen-peneliti UTAMA. Walhasil, tidak boleh UTAMA hanya diam dan hanya menunggu dan menunggu.

Martin Luther King Jr mengatakan sebagai berikut: “If you can’t fly then run, if you can’t run then walk, if you can’t walk then crawl, but whatever you do you have to keep moving forward”

Insya Allah, mudah-mudahan.

Ditulis dan disunting kembali oleh: Suparlan, dosen FKIP, prodi Pendidikan Bahasa Inggris.

Sumber:

Qusyaini Hasan | uinjkt.ac.id

Panduan Penelitian Perguruan Tinggi.

Depok, 24 Agustus 2016.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.