Link between education and society are strong, and each influences the other (EFA Global Monitoring Report 2005, hal 35)
Tahun pelajaran baru sekolah 2013/2014 telah dimulai. Pada hari pertama tahun baru sekolah itu ternyata ditandai dengan adanya keunikan “berebut bangku terdepan” untuk si buah mata. Peristiwa ini telah dimuat di beberapa media surat kabar dan ditayangkan oleh beberapa media televisi. Keunikan ini terjadi di banyak tempat di tanah air, bukan hanya di kota Jakarta, tetapi juga terjadi di beberapa kota kabupaten/kota, seperti Kabupaten Brebes dan Klaten, Jawa Tengah (http://berita.plasa.msn.com). Diceritakan dalam media sosial tersebut bahwa sejak subuh para ibu rela antri di depan pintu gerbang sekolah, untuk kemudian berebut agar anaknya dapat tempat dukuk di bangku terdepan di sekolah.
Ada aspek positifnya memang. Ada kepedulian yang tinggi tentang pentingnya pendidikan sekolah untuk anak-anak bangsa. Namun demikian ada aspek negatif yang dapat dibaca dari keunikan tersebut. Pertama, keunikan tersebut memberikan petunjuk bahwa model pembelajaran konvensional, seperti ceramah, memang masih banyak dianut oleh para guru kita. Oleh karena itu, dengan memperoleh tempat duduk di banku tercepan, para orangtua menginginkan agar anaknya dapat memperoleh sebanyak mungkin dari gurunya. Kedua, ada masih rendahnya akses untuk memperoleh pendidikan di tanah air. Lebih dari itu, ada kemungkinan faktor penyebab yang perlu dapat diungkap dari fenomena itu, misalnya masalah rendahnya tingkat komunikasi antara pemerintah daerah/sekolah dengan warga masyarakat.
Fenomena “berebut bangku terdepan untuk anak-anak tercinta” memang kelihatan sebagai masalah yang kecil dan sepele. Tetapi, jika fenomena itu berubah menjadi pertengkaran, bahkan terjadi bentrok antara sesama orangtua siswa, bukankah itu artinya telah menjadi masalah yang besar?
Fenomena “berebut bangku terdepan” yang terjadi di banyak sekolah itu, terutama di SD, sebenarnya tidak akan terjadi, jika pemerintah daerah, cq Dinas Pendidikan di daerah kabupaten/Kota dapat melaksanakan apa yang dikenal dengan Festival Hari Pertama Sekolah atau The First Day Festival yang diadakan pada setiap awal tahun pelajaran di suatu daerah. Tulisan singkat ini akan menjelaskan serba sedikit tentang apa itu The First Day Festival, di mana dan bagaimana sejarah acara itu pertama kali dilakukan, dan last but not least, apa manfaatnya.
Sejarah The First Day Festival
Acara the First Day of School untuk pertama kalinya diinisiasi oleh Hemmings Motor News di Bennington, negara bagian Vernont, Amerika Serikat. Acara ini diikuti hanya oleh sebelas sekolah. Misi dan tujuan acara ini adalah untuk memperingati hari pendi-dikan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang spesial, agar para orangtua siswa datang ke sekolah dengan anak-anaknya pada hari pertama masuk sekolah. Mengapa acara ini kemudian dapat berjalan dan mendapatkan minat dari masyarkat dengan baik?
Pertama, orangtua siswa memulai tahun baru sekolah, membangun hubungan dengan para guru dari anak-anaknya. Kedua, orangtua merasa dibantu oleh tenaga kependidik-an yang lain, seperti tata usaha, pustakawan, petugas laboratorium, dan sebagainya. Ketiga, orangtua juga merasa diterima dengan baik oleh sekolah, dan oleh karena itu, orangtua merasa nyaman dalam sekolah tempat anak-anaknya belajar. Untuk ini, maka itu berarti dapat memperluas dukungan masyarakat terhadap penyelenggaraan pendi-dikan di sekolah.
Acara yang dirasakan sangat bermanfaat tersebut, kemudian dikembangkan dan dilak-sanakan secara kreatif dan inovatif oleh pemerintah Kota Charleston, Ibukota negara bagian South Caroline (SC). Pertama kali acara The First Day Festival dilaksanakan pada Hari Ahad, tanggal 1 – 10 Agustus 2003 di Stadion Koe Riley. Kota Charleston telah belajar dari kegiatan the First Day Festival yang telah dilaksanakan sebelumnya. Diperoleh informasi bahwa acara ini telah diikuti lebih dari 3500 orangtua bersama dengan anak-anaknya, 32 agensi berbasis masyarakat telah mendukung acara ini, dan tidak kurang dai 18 program sekolah yang berhasil dikomunikasikan kepada orangtua siswa.
Dalam acara yang sama the First Day Festival yang kedua, tahun 2004, diperkirakan lebih dari 5000 orang tua bersama anak-anaknya telah menghadiri acara ini, lebih dari 60 organisasi telah berpartisipasi dalam menyediakan dan mendistribusikan bahan-bahan yang diperlukan oleh peserta didik, dan bahkan dalam acara itu telah dibagikan makanan dan minuman secara percuma kepada siswa yang hadir dalam acara ini. Sampai dengan tahun 2013, acara the First Day Festival semakin memperoleh perhatian yang luar biasa dari orangtua dan anak-anaknya, serta semua unsur masyarkat yang ingin memperoleh informasi tentang sekolah tempat anak-anaknya akan belajar. Acara the Firs Day Festival di Kota Charliston, ibukota negara bagian South Caroline, makin dekat di hati bagi masyarakat, dan dikemas dengan berbagai acara yang lebih inovatif. Inilah himbauan dari Walikota Charleston yang diunggah dalam http://www.charleston-sc.gov.
“Hello, I’m Mayor Joe Riley. I hope that you will find the information and services provided on this website to be useful.
The City of Charleston is a progressive and energetic city and our goal is to provide our residents with the best service a city can provide and our visitors with the best vacation or business trip that a city can provide.
Charleston is a special and unique city. The combination of our unequaled beauty, warm hospitality, and unique public spaces provide a wonderful backdrop for residents and visitors. Through careful conservation, creative and innovative financing, and meticulous planning,Charleston is a city that celebrates a rich history. Charleston was the first city in the country to enact a preservation ordinance. We have an active and ongoing interest in the protection and restoration of our buildings, which tell the story of our past.
Keeping an eye to the future, we have set goals that make the livability and quality of life in Charleston the best in the nation. We work diligently to keep our city the best place in the country to work, live, and play. Check back regularly to see the changes and new information that will be available to you.
If you have any suggestions, questions or comments, please contact me by email. Thank you for your interest.
Jika kita hayati himbauan Walikota Charleston, akan terasa kesederhanaan dan kedekatan beliau dengan rakyat yang dipimpinnya. Untuk ini, Presiden SBY telah mengadakan acara “Sehari Bersama Presiden” yang diikuti oleh 12 orang siswa yang mewakili para siswa dari seluruh tanah air. Alangkah baiknya jika acara dapat diikuti oleh berbagai daerah kabupaten/kota dengan mengadopsi acara semacam the First Day Festival di Charleston, negara bagian South Caroline. Penulis membayangkan, dalam acara itu dapat dikomuni-kasikan tentang berbagai masalah pendidikan antara pemerintah dengan masyarakat, dan dimediasi oleh Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Bukankah Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah mempunyai fungsi sebagai mediator antara pemerintah/sekolah dengan masyarakat?
Inilah logo dan promosi The First Day Festival for Children and Families, satu acara tahunan yang dilaksanakan pada bulan Agustus.
Dalam acara yang gratis itu, anak-anak dan keluarga mereka merayakan saat mereka akan kembali masuk sekolah! Pertnjukan edukatif, seperti makanan ringan yang sehat, melukis dengan muka, kids zone, kesehatan, tour naik perahu, mengunnjungi museum, dan banyak lagi lainnya. Acara ini digagas untuk meningkatkan dukungan masyarakat terhadap upaya peningkatan mutu pelayanan pendidikan. Acara ini dapat menjadi media untuk dapat meningkatkan kepedulian orangtua untuk menyekolahkan anak-anaknya, meningkatkan peran dunia usaha dan dunia industri (DUDI) untuk meningkatkan mutu pendidikan, antara lain melalui CSR (corporate social responsibility).
Refleksi
Satu lagi Kompas tanggal 5 September 2013 telah memuat surat pembaca kepada redaksi. Wawan, dengan alamat Tebet Barat, Tebet, Jakarta Selatan, telah menulis tentang kecurangan dalam proses PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) di Jakarta. Menurutnya, banyak siswa yang telah dirugikan dengan peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah cq dinas pendidikan di daerahnya. Peraturan yang telah dibuat untuk PPDB dinilai tidak responsif terhadap dua kepentingan yang perlu diperhatikan oleh pemerintah, yakni anak-anak yang berpestasi (the best achievers) dan anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Seorang teman yang kebetulan menjadi orangtua siswa di satu sekolah menengah atas di Kota Depok, telah menceritakan ada sekolah yang disegel oleh warga masyarakat, karena anak-anaknya tidak dapat diterima di sekolah itu, padahal tanah tempat sekolah itu dibangun adalah tanah fasilitas umum yang telah direlakan oleh warga untuk didirikan bangunan sekolah. Sementara anak-anaknya terpaksa tidak dapat masuk di sekolah itu.
Seandainya pemerintah daerah kabupaten/kota dapat mengadakan acara Festival Hari Pertama Masuk Sekolah ala the First Day Festival di Charliston tersebut, insyaallah semua masalah itu dapat dipecahkan secara musyawarah dan mufakat, sekaligus dalam rangka pengamalan sila keempat Pancasila. Mudah-mudahan. Amin.
Sumber:
- http://berita.plasa.msn.com.
- http://www.charleston-sc.gov.
- Kompas, 5 September 2013