Oleh: Suparlan *)
Pada hari Ahad, tanggal 4 September 2016, sebagaimana biasa setiap hari Ahad, saya telah menghadiri pengajian rutin di Masjid Al-Mujahidin, Taman Depok Permai, Kota Depok. Lumayan, meski pesertanya tidak bertambah secara signifikan, tapi alhamdulillah ada saja tambahan satu dua jamaah yang telah mengikuti pengajian ini, meski pengajian tersebut telah menggunakan perangkat tercanggih menggunakan in focus yang berasal dari uang jamaah juga. Bukan dari Kementerian Agama. Mudah-mudahan di lain kesempatan Kementerian Agama dapat memperhatikan masalah siar agama seperti ini. Alhamdulillah.
Inti materi pengajian
Materi pengajian pada waktu itu adalah “Al Kauf” atau takut kepada Allah SWT. Acara pengajian tersebut saya ikuti secara sungguh-sungguh. Bukan hanya dengan mengantuk. Insya Allah. Sebenarnya saya ingin sekali menulis setiap judul pengajian tersebut. Saya berhasrat secara rutin mengunggah tulisan tersebut di portal MASDIK.COM. Hasrat tersebut didorong motivasi dari sebuth tulisan berjudul “Iqra … dan tulislah” dalam satu tabloid di Masjid Baitut Tholibin. Mudah-mudahan suatu saat dapat terlaksana. Amin.
Secara singkat, materi pengajian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, tidak ada jaminan semua manusia ini dapat menjadi penghuni surga jannatunnangim ini. Untuk menjadi penghuni surga tersebut sebenarnya adakah hanya karena karena rahmat Allah SWT. Hanya karena rahmat Allah jualah manusia dapat menjadi penghuni surga. Kedua, untuk menjadi salah penghuni surga tersebut semua manusia harus mempertanggungjawabkan semua amalnya. Dalam Hadist yang sahih disebutkan bahwa, semua amal kita akan tersimpan dalam tulang ekor kita masing-masing. Tulang ekor tersebut ibarat microchip dalam komputer, atau semacam black box pesawat terbang, yang berfungsi mencatat semua peristiwa di dunia. Semua amal manusia tersebut akan tercatat dalam tulang ekor kita. Wallahu alam. Ketiga, mengingat hal-hal tersebut, maka dalam kehidupannya, manusia tidak memiliki pilihan lain, yakni senantiasa TAKUT (AL-KHOUF) KEPADA ALLAH SWT. Tentu saja takut untuk tidak melaksanakan perintah Allah-Nya. Mengapa manusia HARUS TAKUT? Karena SIKSAAN ALLAH ITU BEGITU PEDIH. Siksaan dari Allah SWT dalam neraka yang paling rendah adalah JILATAN API NERAKA YANG PALING RENDAH, yakni sama dengan MENDIDIHKAN OTAK MANUSIA.
Pengajian tersebut insya Allah akan diteruskan dalam kesempatan berikutnya. Terpikirkan kemudian dengan pertanyaan “Bukankah Allah SWT bersifat Maha Pengasih lagi Penyayang?” Apakah manusia memang harus senantiasa TAKUT kepada-Nya? Kenapa harus takut, jika dalam kehidupan ini telah berhasil menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada-Nya? Takut adalah upaya pencegahan manusia agar TIDAK MELANGGAR PERITAH-PERINTAH-NYA. Tentu saja hukuman apa pun yang diberikan Allah SWT sesuai dengan semua amal yang telah dilaksanakan selama di dunia. Bukankah setiap manusia telah memiliki catatan yang tersimpan dalam tulang ekornya?
Inti materi wawancara tentang TAX AMNESTY
Dalam waktu yang hampir bersamaan, saya juga mengikuti acara di Kompas TV tentang Tax Amnesty atau Pengampunan Pajak dengan nara sumber utama Bapak Presiden Jokowi. Beberapa materi yang saya fahami dari penjelasan dari Presiden Jokowi secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, jumlah uang anak-anak bangsa Indonesia yang telah disimpan dan diinvestasikan di luar negeri menurut Menteri Keuangan ternyata sebelas ribu trilyun. Jumlah yang begitu besar. Menurut Presiden Jokowi, jumlah tersebut jauh lebih banyak lagi. Wallahu alam. Kedua, jumlah uang yang demikian banyak tersebut harus “dibawa” kembali masuk ke negeri tercinta Indonesia demi kepentingan rakyat, atau untuk “memajukan kesejahteraan umum” sebagaimana dirumuskan dalam empat “tujuan negara” dalam Pembukaan UUD 1945. Mantan Mendikbud Anies Baswedan lebih suka menggunakan istilah “cita-cita proklamasi.” Apalah arti sebuah istilah. Ketiga, untuk mencapai apa yang diharapkan oleh Pemerintah dengan uang anak-anak bangsa tersebut, Pemerintah dengan semua aparatnya di Presiden Jokowi cq Kementerian Kuangan membuat program yang disebut dengan Tax Amnesty.
Kesamaan fungsi Ustadz dan fungsi Presiden
Apa yang disampaikan oleh Ustadz di dalam pengajian sebenarnya menunjukkan bahwa manusia memiliki catatan yang super objektif dari Allah dalam tulang ekornya. Oleh karena itu, apa pun hukuman yang nanti akan diterima manusia, baik di surga dan neraka, sungguh akan sesuai dengan timbangan dosa dan pahalanya masing-masing di akhirat. Oleh karena itu Ustadz pada hakikatnya mengingatkan kepada umat tentang ampunan dosa yang telah kita perbuatan, agar pada akhirnya pahalanya akan jauh lebih berat dibandingkan dengan dosa-dosa kita. Bahkan Allah SWT akan memberikan ampunan berupa taubatan nasuha kepada umatnya.
Hal tersebut dama dengan penjelasan Presiden dalam menjelaskan TAX AMNESTY. Sama dengan kehidupan menjadi warga negara di republik ini juga memiliki catatan faktual tentang semua dana yang oleh warga negara disimpan atau diinvestasikan di negara mana pun juga. Presiden Jokowi juga mengingatkan kepada seluruh anak-anak bangsa di negeri ini agar semua harta anak-anak bangsa tersebut akan dapat diketahui oleh siapa pun dan oleh negara manapun juga ketika kita telah memasuki abad XXI, karena era tersebut adalah era dunia tanpa batas (the bordeless world). Dengan kata lain dunia ini telah menjadi sebuah kampung tanpa batas. Oleh karena itu, agar dana anak-anak bangsa yang disimpan dan diinvestasikan tersebut dapat menjadi investasi akhirat yang dapat memperberat timbangan pahala dibandingkan dengan timbangan dosannya, maka marilah kita bersegera mengikuti program TAX AMNESTY di negeri tercinta Indonesia. Kita perlu menanyakan kepada diri kita masing-masing “dimanakah nasionalisme kita sebenarnya?
Depok, 5 September 2016.