Oleh: Suparlan *)
Dalam acara Dies Natalis ke-55 Universitas Syiah Kuala Banda Aceh di Gedung AAC Dayan Dawood Unsyiah Aceh, Ketua MPR Zulkifli Hasan berpesan kepada mahasiswa Universitas Syiah Kuala Aceh, agar Unsyiah dapat mencetak lebih banyak sumber daya manusia yang unggul. Keunggulan kualitas lulusan tersebut sangat diperlukan terutama untuk menghadapi persaingan global. Sebagaimana kita maklumi, dalam era teknologi informasi dan komunikasi dalam abad XXI ini, dunia telah menjadi kampung datu dunia tanpa batas (the borderless world). Kemapuan kita telah dapat diketahui oleh siapa saja.
Generasi masa depan
Pesan Ketua MPR tersebut sejalan dengan pernyataan Presiden Jokowi ketika menjawab pertanyaan Kompas TV dalam program Tax Amnesty. Presiden Jokowi menjelaskan bahwa ketika memasuki dunia tanpa batas dalam era teknologi informasi dan komunikasi, kondisi semua negara tersebut akan terlihat nyata dalam segala hal, terutama tentang kemampuan anak-anak bangsanya. Oleh karena itu, tidak ada lain yan harus dilakukan oleh negeri ini meningkatkan generasi masa depan untuk melahirkan lulusan yang kompetitif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsanya, Jika generasi masa depan yang diciptakan adalah generasi yang tidak berkualitas, maka negeri ini akan kalah bersaing dalam perssaingan antarbangsa.
Dalam hal ini, “Perguruan tinggi memiliki peran penting dan strategis untuk kemajuan suatu bangsa” terutama menjadi center of excellence atau pusat keunggulan. Oleh karena itu, perguruan tinggi harus mampu melahirkan lulusan-lulusan yang kompetitif dan sesuai kebutuhan masyarakatnya,” ujar Zulkifli Hassan dalam orasi ilmiahnya di Banda Aceh, Selasa (6/9).
Zulkifli Hassan berharap agar perguruan tinggi mau turun tangan dan memiliki sikap untuk bersama-sama memperbaiki nasib bangsa. Ia pun mengajak semua pihak untuk bergandengan tangan dan bergotong royong bersama membangun Indonesia yang lebih maju. Untuk ini, kaum intelektual di negeri ini tidak boleh hanya berumah di awan, sebaiknya harus turun ke bumi dan ikut bertanggung jawab terhadap nasib negerinya,” pungkasnya.
Bukan hanya bisa urun angan, tapi harus turun tangan
Pesan seperti itu sesungguhnya sama dengan ajakan manatan Mendikbud Anies Bawedan 20 bulan, agar kita semua TIDAK HANYA URUN ANGAN. Sebaliknya kita semua, terutama kaum intelektual UNTUK TURUN TANGAN MEMBANGUN NEGERI TERCINTA INDONESIA. Kaum intelektual bersama dengan kaum birokrat, teknolrat, legistatif, dan yudikatif, den semuanya harus menyingsingkan lengan baju bergotong royong, sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, semuanya harus tampil ke depan menjadi pelopor masa depan di republik ini. Para intelektual adalah kaum yang pertama kali memiliki budaya literasi, karena pesan IQRA dari Allah SWT yang disampaikan kepada Rasulullah pertama kami memang telah berhasil diikat oleh para ilmuwan. Dalam hal ini, Sayyidina Alai RA berpesan agar “tangkapkan ilmu dengan menulisnya.” Kemampuan tersebut telah menjadi fungsi dan tugas utama kaum intelektual. Orasi ilmiah dalam acara Dies Natalis Unisyiah tersebut telah dihadiri oleh Gubernur Aceh Zaeni Abdullah, dan Rektor Unsyiah Kuala Samsul Rizal beserta jajaran civitas akademika dan mahasiswa Unsyiah Kuala.
Referensi: http://www.jpnn.com/read/2016/09/07/465680/Ketua-MPR:-Kaum-Intelektual-Tak-Boleh-Berumah-di-Awan-
Depok, 7 Oktober 2016.