Jangan Mengganti Kelereng Dengan Paksaan Apalagi Kekerasan

0
983

Oleh: Suparlan *)

 

Suatu ketika …

Cucuku bermain kelereng,

Benda kaca bundar sebesar kelengkeng,

Kelereng itu dilempar dan di putar-putar,

Kelereng pun dimasukkan ke sebuah kotak, dikocak-kocak, dan suara pun berdetak,

Cucuku senang bukan kepalang,

Cucuku senang tertawa-tawa,

Cucuku senang terkekeh-kekeh,

 

Tapi keadaan sebaliknya,

Bundanya takut bukan kepalang,

Takut kelerengnya yang menjadi mainan nanti ditelan,

Oh tidak, bundanya meyakinkan dirinya tidak,

Oh tidak, akan kurebut saja kelereng itu dari sang cucu,

Sreeet, kelereng diambil paksa oleh Ibunda,

Dan … menangislah dia,

Ingin merebut kembali kelerengnya,

 

Demi pendidikan,

Bukan dengan paksaan apalagi kekerasan,

Tidak adakah cara yang lebih bijaksana,

Cara yang lebih edukatif,

Cara yang mendidik dan membimbing,

Kulihatlah mainan pengganti yang lebih menarik lagi

 

Kulihatkan mainan pengganti,

Kutunjukkan mainan itu segera kepadanya,

Kugerak-gerakkan mainan untuk menarik perhatian,

Diamlah seketika cucuku,

 

Ternyata, sekali diganti, setelah itu senang sekali,

Sama sekali tidak ingin meminta lagi,

Untuk bermain dengan kelereng lagi,

Tapi, sekali kelereng itu dibanti,

Dengan mainan yang lebih menarik hati,

Setelah diganti, setelah itu senang sekali,

Cucuku tidak menagis lagi,

Tidak rewel lagi,

 

Seselesailah masalah cucuku,

Senang jugalah hatiku,

Berhenti menangis dan mulai tertawa,

Cucu jangan dipaksa-paksa,

Berikan pilihan mainan yang ia lebih suka,

Mainan yang memang tidak berbahaya,

Itulah sebabnya,

Berilah mainan pengganti,

Setelah itu bersenang kembali.

 

Depo, 7 September 2016.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.