Nyalakan Pelita, Terangkan Cita-Cita

0
1099
Kartini - Wikipedia

The root of education is bitter, but the fruit is sweet. Aristotle

Education is seen as a way to empower people, improve their quality and improve their quality was at the heart of education. UNESCO

Beri kami pendidikan dan kami akan bangkit sebagai bangsa yang memiliki cita-cita. RA. Kartini

Sungguh indah dan mendalam kata-kata bijak yang dimunculkan dalam Hardiknas Tahun 2016 ini. Inilah salah satu kelebihan Mendiknas Anies Baswedan ketika merangkai kata-kata. Kata-kata bijak tersebut masih senada seirama dengan ungkapan Turun Tangan yang diungkapkan ketika beliau maju menjadi Mendikbud. Tulisan singkat ini menjelaskan makna yang terkandung di dalamnya.

Habis Gelap Terbitlah Terang

Siapa yang tidak kenal dengan pelita. Karya RA. Kartini Habis Gelap Terbitlah Terang juga karena adanya pelita. Pelita adalah penerang kegelapan. Pelita adalah api kecil yang menerangi sekelilingnya. Seperti lilin kecil yang dinyalakan untuk menandai hari ulang tahun. Dahulu api kecil itu dihidupkan dengan segelintir kapas dengan menggunakan sumber energi minyak kepala.  Ciri kecil pelita inilah yang membedakan dengan oncor yang dibawa oleh pejalan kaki untuk berjalan di kegelapan malam. Ketika masih anak-anak, dahulu saya menggunakan oncor ketika menemani bapak memikul kopra dari desa untuk dijual di pinggir kota. Unsur api yang kecil menjadi sangat penting untuk membedakan dengan api yang telah menjadi si jago merah yang sedang melalap rumah atau apa saja. Pelita tidaklah seperti si jago merah yang telah merusak apa saja di sekitar kita. Pelita adalah penerang dalam kehidupan, ketika manusia dalam kegelapan, baik jiwa maupun fisik. Hati yang mengalami kegelapan memerlukan yang namanya pelita hati. Berjalan di jalan di kegelapan jalan yang tidak disinari terang bulan, kita memerlukan pelita yang lebih besar yang di desa saya diberi nama oncor. Makna terpenting pelita adalah penerang jalan kehidupan.

Nyalakan Pelita Bermakna Tingkatkan Mutu Pendidikan

Makna kehidupan adalah pendidikan. Hal ini dikemukakan oleh John Dewey, tokoh pendidikan dari Amerika Serikat. Education is not a preparation of life, but it is life itself. Pendidikan adalah bukan persiapan hidup, tetapi pendidikan adalah kehidupan itu sendiri. Dengan demikian, pendidikan adalah kehidupan itu sendiri. Dikaitkan dengan pelita, maka pendidikan itu tidak lain dan tidak bukan adalah menjadi pelita. Pelitalah yang telah menjadi penerang jalan kegelapan. Lagi-lagi, RA. Kartini mengingatkan bahwa hanya pelitalah yang dapat memberikan penerangan kepada umat manusia. Dengan demikian, kalimat nyalakan pelita mempunyai makna tingkatkan mutu pendidikan. Pemerataan mutu pendidikan boleh dikatakan sudah selesai. Tapi peningkatan mutu pendidikan harus segera dimulai. Langkah awal sudah dicanangkan, yakni program literasi, baik melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dan Gerakan Indonesia Membaca dan Menulis (GIMM). Menunggu kapan lagi, kalau tidak saat ini?

Terangkan Cita-cita

Makna frase “terangkan cita-cita” adalah untuk mencapai tujuan pendidikan.  Kalimat ini persis dengan ungkapan RA. Kartini yang meminta pendidikan, agar bangsa yang besar ini dapat memiliki cita-cita, yakni untuk mencapai tujuan pendidikan. Harus kita fahami bahwa tujuan pendidikan haruslah selaras dengan tujuan negara. Tujuan yang akan dicapai telah tertuang dalam empat tujuan NKRI dalam Pembukaan UUD 1945. Tujuan pendidikan tersebut adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Sayang, konsep “mencerdaskan kehidupan bangsa” karya pendiri NKRI (the founding fathers) pada tahun 1945 belum dijabarkan secara rinci. Berbeda dengan konsep “kecerdasan majemuk” (multiple intelligences) karya Howard Gardner pada tahun 1983 sudah dijabarkan menjadi sembilan tipe kecerdasan: (1) language intelligence, (2) logical mathematic intelligence, (3) spatial intelligence, (4) bodily kinesthetic intelligence, (5) music intelligence, (6) interpersonal intelligence, (7) intrapersonal intelligence, (8) naturalist intelligence, dan (9) existential intelligence.

Refleksi

Konsep “mencerdaskan kehidupan bangsa” masih belum dijabarkan secara rinci. Konsep kecerdasan majemuk (multiple intelligences) telah dijabarkan dalam sembilan tipe kecerdasan.  Kedua konsep tersebut telah dirumuskan oleh Benjamin S. Bloom bahwa tujuan pendidikan atau cita-cita pendidikan yang akan dicapai dalam proses pendidikan adalah tiga ranah pendidikan: (1) ranah afektif atau ranah sikap, (2) ranah kognitif atau ranah pengetahuan, dan (3) ranah psikomotor atau ranah keterampilan. Ketiganya haruslah dalam keseimbangan, sebagai manusia utuh dan paripurna. Pernah dirumuskan sebagai kecerdasan paripurna. Pernah juga dirumuskan sebagai hasil olah hati, olah otak, dan olah raga. Oleh karena itu, pendidikan yang hanya mementingkan olah otak yang tidak mementingkan olah hati, tidak ada arti.

Nyalakan pelita maknanya adalah tingkatkan mutu pendidikan. Jangan hanya sampai pada tahapan pemerataan pendidikan. Mutu dalam semua aspek kecerdasan. Mutu dalam ketiga ranah pendidikan. Semua aspek tersebut harus dicapai secara utuh atau komprehensif.  Itulah makna   sesungguhnya “terangkan cita-cita.” Marilah kita tingkatkan mutu pendidikan, dan marilah kita capai semua ranah tujuan pendidikan secara utuh. Kalimat yang sangat mudah diucapkan, tapi sangat berat untuk dilaksanakan.

Jakarta, 2 Mei 2016.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.