Suparlan
Dosen FKIP Universitas Tama Jagakarsa
Laman: www.suparlan.com; Surel: me@suparlan.com
Abstrak: Manusia adalah makhluk ciptaan Alllah SWT di antara makhluk Allah yang lain seperti malaikat, jin, setan, termasuk seluruh alam ciptakaan Allah yang lain. Dalam kitab suci-Nya, Allah berfirman ‘tidak kuciptakan jin dan manusia kecuali beribadah kepada-Ku.’ Berdoa merupakan satu bentuk, media, metode, bahkan inti amal beribadah kepada Allah SWT, apa pun agama yang dipeluknya. Itulah sebabnya kita harus berdoa kepada-Nya dengan berbagai cara. Kita, manusia, hidup di dunia, dan nanti pada akhirnya kita akan mempertanggung-jawabkan segala amal dan perbuatan kita kepada Yang Maha Pencipta. Hadis menjelaskan bahwa semua amal dan perbuatan manusia itu tersimpan di tulang ekor kita masing-masing. Dijelaskan dalam Hadis, bahwa tulang ekor kita tersebut ibarat ‘mocrochip’di dalam komputer, atau ‘black box’ yang ada di dalam semua pesawat terbang. Fungsi black box atau kotak hitap tersebut adalah untuk menyimpan semua informasi yang mencatat tentang peristiwa yang terjadi di dalam pesawat. Tidak ada informasi tentang amal dan perbuatan yang lepas dari pantauan Allah SWT, karena semuanya telah terekam di dalam catatan pada tulang ekor tersebut. Malaikat memperoleh tugas untuk mencatat semua amal perbuatan manusia. Malaikat yang menjadi makhluk Allah yang paling jujur dan paling setia melaksanakan tugas-tugas Allah. Kemahakuasaan melalui Malaikat-Nya senantiasa memantau semua amal dan perbuatan manusia selama di dunia, dan pada akhirnya manusia harus mempertanggungjawabkannya di alam akhirat (hari akhir) kelak. Dalam Surat Attin disebutkan bahwa manusia adalah sebaik-baiknya ciptaan Allah SWT. Untuk menunjukkan ketinggian ciptaan Allah SWT ini, serta menjadi bukti kemahakuasaan Allah, kita sebagai manusia memang harus berdoa.
Kata kunci: manusia, makhluk ciptaan Allah SWT, malaikat, seluruh alam.
Pendahuluan
Pepatah mengatakan bahwa ‘experience is the best teacher.’ Pepatah singkat ini benar adanya. Pengalaman adalah guru yang terbaik. Saya mengalaminya sendiri. Pengalaman ini saya peroleh dari ceramah agama di masjid di dekat pondok tempat menginap para calon haji. Penceramahnya seorang ustadz dari Saudi. Ceramahnya yang disampaikan dalam Bahasa Arab diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar oleh seorang penerjemah yang ternyata berasal dari NTB. Penerjemah ini konon seorang mukimin (lama tinggal di Saudi Arabia. Mudah-mudahan ada pembaca tulisan ini yang berasal dari NTB. Tulisan ini saya susun sebagai jurnal yang ditulis oleh dosen perguruan tinggi. Alhamdulillah.
Dalam pendahuluan ini perlu dijelaskan bahwa mulai tahun akademik 2016 Universitas Tama Jagakarsa mulai mewajibkan semua civitas akademika untuk mengucapkan doa pada saat kuliah dimulai, dan pada akhir kuliah selesai. Sebagai dosen di universitas tersebut tentu saja saya seratus persen setuju. Karena semua civitas akademika Universuitas akademika juga manusia yang mempunyat tugas beribadah kepada-Nya. Memang seharusnya demikian. Semua makhluk Allah SWT harus berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Sekali lagi perlu dijelaskan bahwa berdoa merupakan media dan metode untuk beribadah kepada-Nya. Perlu kita ingat, bahwa Tuhan berfirman ‘tidak kuciptakan jin dan manusia kecuali beribadah kepada-Ku.’ Berdoa merupakan piranti kehidupan (living tools) yang digunakan manusia untuk beribadah kepada Allah SWT. Sama dengan alat peraga yang digunakan para guru untuk menyampaikan materi pendidikan oleh para guru pada saat mengajar. Seperti alat infokus, yang kini sering dipakai para dosen untuk menyampaikan paparan mata kuliahnya kepada para mahasiswanya. Paling tidak seperti white board dan spidol begitulah yang digunakan oleh para dosen. Semacam menjadi alat untuk menyampaikan laporan kepada Allah SWT, baik laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan, sampai dengan laporan tahunan. Itulah fungsi doa dalam kehidupan manusia. Bahkan laporan akuntabilitas kepada Allah SWT.
Para ahli ibadah, ahli sedekah, bahkan mujahid dilemparkan ke neraka
Pada awal ceramahnya, Pak ustadz menyampaikan appersepsi kepada para jamaah bahwa para ahli ibadah, ahli sedekah, bahkan pada mujahid dilemparkan oleh Allah SWT ke dalam neraka! Oh ya? Terkagetlah para jamaah yang mendengarkan appersepsi ceramah tersebut. Padahal sebelumnya terkantuk-kantuk, dan bahkan ada yang tertidur lelap, sebagaimana biasanya jika mendengarkan ceramah. Baru kalau ada ceramah yang mengundang tawa, jamaah bisa tertawa terbahak-bahak. Ceramah kali ini tidak demikian. Sekali lagi perlu disampaikan bahwa oleh Pak Ustadz menyampaikan bahwa ‘para ahli ibadah, ahli sedekah, bahkan para mujahid yang membela agama dengan harta, tetesan darah dan nyawanya, ternyata harus dilemparkan ke neraka!! Benarkah kata ustadz ini?? Para jamaah ada yang terpaksa menoleh ke kiri dan ke kanan untuk mengetahui respon para jamaah terhadap penyataan yang diucapkan ustadz. Melalui pelaksanaan ibadah haji semacam ini, tentu dimaksudkan sebagai upaya menjadikan diri untuk menjadi yang terbaik dalam kehidupan beragama. Dengan demikian, para jamaah telah berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi ahli ibadah, ahli sedekah, bahkan menjadi mujahid, termasuk dengan melaksakan ibadah haji dengan biaya yang tidak sedikit. Nah, apakah nanti jika telah menjadi ahli ibadah, menjadi ahli sedekah, dan juga menjadi ahli yang berjuang hanya untuk agama, juga masih akan dilemparkan ke neraka?? Apakah gunanya kami ini naik haji, melaksanakan salat, pergi haji ke tanah suci kalau masih juga akan dilemparkan ke dalam neraka? Alangkah sia-sianya kami. Padahal pergi haji ke tanah suci juga berhadap menjadi ahli ibadah, ahli sedekah, bahkan menjadi pejuang dan pembela Islam. Apakah mereka masih tetap akan dilemparkan ke neraka? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang berkecamuk di dalam pikirannya.
HOTS (Higher Order Thinking Skills)
Mengapa dan mengapa? Pertanyaan-pertanyaan yang berputar-putar dalam otak para jamaah tersebut bukanlah pertanyaan biasa. Pertanyaan-pertanyaan tersebut termasuk dalam kategori tingkat tinggi. Pertanyaan-pertanyaan yang termasuk kategori HOTS (higher tinking skills), yakni pertanyaan ‘WHY dan HOW,’ yakni mengapa dan bagaimana. Mengapa para ahli ibadah, para ahli sedekah, dan para mujahid itu yang justru harus dilempat ke dalam neraka??
Pertanyaan-pertanyaan tersebut bukan pertanyaan tingkat rendah seperti apa, siapa, di mana, dan kapan (4W). Sebagian jamaah memang para guru yang telah mengikuti UKG (uji kompetensi guru) dan bahkan mengikuti program PLPG (pendidikan dan latihan pendidikan guru). Oleh karena itu, pertanyaan yang ada di benak jamaah adalah pertanyaan MENGAPA DAN BAGAIMANA.
Simpulan
Setelah melalui penjelasan yang panjang. Pak ustdz menjelaskan latar belakang pertanyaan-pertanyaan tersebut, yakni mengapa para ahli ibadah, para ahli sedekah, dan bahkan para mujahid tersebut harus dilemparkan ke dalam neraka? Jawabannya adalah karena alasan mereka TIDAK MAU BERDOA. Alasan ini didukung dengan dalil yang kuat dalam ayat dan ayat. Sekali lagi, Pak Ustadz menjelaskan bahwa mereka semua itu telah dilemparkan ke dalam neraka KARENA TIDAK MAU BERDOA.
Dengan kata lain, mereka merasa TIDAK PERLU BERDOA. Alasan inilah dimaknai bahwa mereka itu sebenarnya sama dengan perbuatan menyekutukan Allah. Menyekutukan Allah sama dengan perbuatan syirik kepada Allah SWT atau menyekutukan Allah SWT. Sementara itu syirik adalah dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah SWT. Oleh karena itu, sangat wajar mereka itu dilemparkan ke dalam neraka.
Oleh karena itu, marilah pembaca yang budiman untuk merumuskan kesimpulan singkat bahwa doa tersebut adalah:
- Merupakan perangkat utama dalam beribadah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa;’
- Merupakan bentuk laporan akuntabilitas kepada Allah SWT;
- Wujud ketaatan kita dalam melaksanakan ibadah mahdhoh kepada Allah SWT;
Wallahu alam.
Referensi:
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol 15, No. 6 November 2009.
Jakarta, 19 September 2016.