Setelah bulan puasa Ramadhan, sepertinya warga Indonesia terbiasa dengan harga bahan pokok merangkak naik. Mulai bumbu dapur, daging, sampai telur. Hal yang cukup memusingkan adalah harga gula yang juga ikut naik. Gula termasuk bahan yang sangat diperlukan menjelang hari raya terutama untuk pembuatan kue kering atau kue basah.
Karena selalu dilakukan berulang kali, naiknya bahan makanan selalu dianggap wajar. Berawal dari harga bawang yang pernah mencapai Rp 40.000,- per kilo. Saat itu mulailah semua harga bahan makanan ikut naik. Harga cabai merah menjelang puasa Ramadhan 2018 sudah mencapai Rp 60.000,- per kilogram. Diikuti dengan harga ayam potong mencapai Rp 50.000,- per potong. Kenaikan harga ini beragam di beberapa wilayah Indonesia.
Kenaikan harga bahan makanan ini sudah tidak bisa dihindari. Semua masyarakat Indonesia sepertinya harus merogoh kocek lebih dalam lagi. Harga yang terus merangkak naik mengakibatkan konsumen mulai mengeluhkan termasuk pedagang. Para pedagang mendengar keluhan pelanggan setia mereka yang sangat merasakan kenaikan harga bahan makanan ini. Ditambah dengan pelanggan mereka yang memiliki usaha rumah makan. Mereka mulai kesulitan mengatur keuangan dan sudah berusaha semaksimal mungkin. Para pengusaha rumah makan khawatir jika kenaikan bahan makanan terus merangkak naik, bisa membuat usaha mereka menjadi gulung tikar.
Pemerintah berusaha untuk memaksimalkan usaha supaya bahan makanan tidak kehabisan stok selama bulan Ramadhan, apalagi untuk hari raya Idul Fitri tahun 2018 ini. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan Bulog berusaha memesan lebih banyak untuk alat penyimpanan bersama pihak swasta. Jika stok bahan makanan tetap aman, makan kenaikan harga bisa diminimalisir.
Tidak hanya harga ayam potong, cabai, bawang, dan bumbu lain, tapi juga berpengaruh ke semua bahan termasuk gula pasir. Permintaan gula pasir juga semakin meningkat selama bulan Ramadhan. Konsumsi gula pasir semakin membesar saat bulan puasa karena gula sangat diperlukan sebagai bahan utama takjil yang cenderung manis.
Selain harga bahan makanan lain yang naik, faktor permintaan gula yang juga semakin meningkat tajam juga turut mempengaruhi naiknya harga gula. Selama bulan puasa Ramadhan, kita biasanya berbuka puasa dengan menu takjil manis. Es buah, es the manis, minuman-minuman racikan manis, dan camilan manis pun jadi lebih berlimpah daripada hari sebelumnya. Kebutuhan gula yang sangat tinggi ini lah alasan harga gula saat bulan Ramadhan lama-kelamaan menjadi naik.
Untuk menyiasati tingginya bahan pokok, Kementrian Perdagangan (Kemendag) menetapkan aturan Harga Tertinggi Eceran (HET). Sebelumnya mereka sudah memberi patokan harga untuk produk gula pasir. Sebesar Rp 12.500,- per kilo adalah harga yang telah ditetapkan pemerintah. Harga ini berlaku untuk di seluruh sektor termasuk pasar modern maupun pasar tradisional. Walau begitu, harga di pasar cenderung berbeda dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah.
Perbedaan harga gula di pasar dengan ketetapan pemerintah menjadi berbeda, dikarenakan modal dan biaya angkut yang dibutuhkan para pedagang yang juga ikut naik. Modal awal pedagang gula juga terkadang sudah lebih dari harga ketetapan pemerintah. Itulah alasan mengapa harga dari pemerintah berbeda dengan pasar.
Karena harga gula yang semakin tinggi, masyarakat juga semakin menjadi pemilih terhadap kualitas gula. Merk gula yang telah terkenal dengan kualitas baik seperti Gulaku menjadi salah satu pilihan utama. Harga Gulaku memberi banyak perhatian terutama kalangan ibu-ibu. Bulan Agustus 2018, kita sudah bisa mendapatkan produk GULAKU 1 kg dengan harga sekitar Rp 14.000,- di beberapa toko online. Dengan harga segitu, kita sudah mendapatkan produk GULAKU dengan kualitas yang sangat baik.